Estrus, Hormon Reproduksi Betina


Learning Objective
1.      Bagaimana siklus estrus pada hewan betina dan tingkah laku hewan estrus?
2.      Bagaimana mekanisme hormonal pada sistem reproduksi betina?
3.      Bagaimana proses fertilisasi?
Pembahasan
1.     Bagaimana siklus estrus pada hewan betina dan tingkah laku hewan estrus?
Siklus estrus adalah interval waktu, mulai dari permulaan periode estrus yang pertama sampai ke periode estrus berikutnya. Siklus estrus dibagi menjadi berberapa fase yang dapat dibedakan jelas yang disebut proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus (Frandson, 1993).

a.       Proestrus
Dibawah stimulasi FSH dari adenohipofisis pituitari, dan LH ovari meningkatkan produksi estrogen, yang menyebabkan meningkatnya perkembangan uterus, vagina, oviduk, dan folikel ovari  (Frandson, 1993).
Periode ini ditandai oleh adanya sel-sel ephitelial dengan inti. Sel-sel parabasal dan sel-sel tengah ada dalam jumlah yang besar bersama-sama dengan leukosit dan eritrosit. Pada akhir periode jumlah sel-sel parabasal menurun, sel-sel superfisial ,uncul, jumlah dari eritrosit dan leukosit menurun (Junaidi, 2006).
b.      Estrus
Estrus adalah periode penerimaan seksual pada hewan betina, yang terutama ditentukan oleh tingkat sirkulasi estrogen. Selama atau segera setelah periode itu terjadilah ovulasi. Ini terjadi dengan penurunan tingkat FSH dalam darah dan penaikan tingkat LH. Estrus berakhir kira-kira pada pecahnya folikel ovari  atau terjadinya ovulasi (Frandson, 1993).
Pemecahan folikel terjadi secara spontan pada kebanyakan spesies hewan. Akan tetapi pada kucing, kelinci, mink, ferret dan beberapa hewan lainnya, pemecahan itu hanya dapat terjadi apabila berlangsung koitus. Karena disebabkan oleh tertundanya refleks neuroendokrin yang melibatkan pelepasan hormon dari pituitari, yang disebabkan oleh stimulasi karena koitus. Maka hal ini disebut juga ovulator refleks (Frandson, 1993).
Didominasi oleh sel-sel superfisial, sel-sel yang tidak berinti dan beberapa eritrosit dapat muncul (Junaidi, 2006).
c.       Metestrus
Adalah fase pasca ovulasi dimana korpus luteum berfungsi. Panjangnya metestrus dapat tergantung pada panjangnya waktu LTH (luteotropik hormon) disekresi oleh adenohipofisis. Selama ini terjadi penurunan estrogen dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovari (Frandson, 1993).
d.      Diestrus
Adalah periode yang relatif pendek antara siklus estrus pada  hewan-hewan poliestrus. (Frandson, 1993).
Adalah periode terakhir dan terlama siklus birahi pada ternak-ternak mamalia. Corpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi menjadi nyata  (Toelihere, 1981).
Menurunnya jumlah sel-sel superfisial dan munculnya kembali sel-sel parabasal dan sel-sel tengah (Junaidi, 2006).
e.       Anestrus
Adalah periode antar musim kawin (Frandson, 1993).
Ditandai oleh ovarium dan saluran kelamin yang tenang dan tidak berfungsi. Beberapa aktifitas dapat berkembang tetapi pematangan folikel dan ovulasi jarang terjadi selama periode anestrus  (Toelihere, 1981).
Dominan sel intermediet dan parabasal (Budiyanto. 2012)
Tingkah Laku Estrus
Selama Estrus, sapi betina menjadi sangat tidak tenang, kurang nafsu makan, dan kadang-kadang menguak, dan berkelana mencari hewan jantan. Ia mencoba menaiki sapi-sapi betina lain dan akan diam berdiri bila dinaiki. Selama estrus ia akan tetap berdiri bila dinaiki pejantan dan pasrah menerima pajantan untuk untuk berkopulasi. Vulva sapi tersebut dapat membengkak, memerah dan penuh dengan sekresi mucus transparan (terang tembus, seperti kaca) yang menggantung dari vulva atau terlihat di sekeliling pangkal ekor (Toelihere, 1981).
Domba betina yang birahi akan mendekati dan memperhatikan pejantan, menggoyang-goyangkan ekornya dan akan diam berdiri bila dinaiki pejantan. Ia jarang menaiki betina-betina lain. Domba betina tersebut tidak mensekresikan lendir selama estrus dan vulva tidak oedematous (Toelihere, 1981).
Gejala-gejala birahi sering sangat intensif pada babi betina. Ia akan memisahkan diri dari kelompoknya dan mengembara beberapa kilometer untuk mencari pejantan. Babi betina yang birahi sangat sedikit menaruh perhatian pada makanan dan sering mengeluarkan suara-suara rendah dan singkat. Apabila punggungnya ditekan ia mengambil posisi diam atau posisi kawin (mating stance). Malahan respon ini dapat diperlihatkannya apabila mendengar suara-suara babi jantan baik secara langsung atau melalui pita perekam. Vulvanya bengkak selama estrus tetapi tidak terlihat sekresi mucus (Toelihere, 1981).
Kuda betina yang birahi akan mengizinkan kuda jantan mencium dan menggigitnya tanpa memberi perlawanan, sering mengangkat ekornya dan kencing. Ia akan berdiri diam bila dinaiki pejantan. Labia vulva dapat menguak dan memanjang dengan clitoris yang erektif (Toelihere, 1981).
Komparasi Pubertas & Estrus

Kuda
Sapi
Domba
Babi
Anjing
Pubertas
18 bln
(10-24 bln)
4-24 bln
4-12 bln
3-7 bln
6-24 bln
Perkawinan pertama
2-3 thn
14-22 bln
12-18 bln
8-10 bln
12-18 bln
Siklus estrus
21 hr
(19-21 hr)
21 hr
(18-24 hr)
16,5 hr
(14-20 hr)
21
(18-24 hr)
6-12 bln
Lama Estrus
5 hr
(4,5-7,5 hr)
18 jam
(12-28 jam)
24-48 jam
2 hr
(1-5 hr)
9 hr
(5-19 hr)
Periode Kebuntingan
336 hr
(323-344)
282 hr
(274-291)
150 hr
(140-160)
144 hr
(110-116)
63 hr
(60-65)
Ovulasi
1-2 hr
sebelum akhir estrus
10-15 jam
setelah berakhir estrus
12-24 jam
sebelum estrus berakhir
30-36 jam
Setelah permulaan estrus
1-2 hr
Setelah permulaan estrus sejati
Saat terbaik untuk kawin
3-4 hr
Sebelum berakhir estrus atau hr kedua/ketiga estrus
Segera sebelum pertengahan estrus sampai akhir estrus
18-24 jam
Setelah permulaan estrus
12-30 jam
Setelah permulaan estrus
2-3 hr setelah permulaan estrus sejati, atau 10-14 hr setelah permulaan pendarahan proestrus
Saat perkawinan terbaik setelah kelahiran
Kira-kira 25-35 hr, atau estrus kedua
60-90 hr
Musim gugur berikutnya (daerah subtropis)
Estrus 1
3-9 hari setelah sapih
Umumnya estrus 1
Atau 1/3 bulan setelah sapih
(Frandson, 1993).
Komparasi Siklus Estrus
Jenis Hewan
Proestrus
(hari)
Estrus
Metetrus
(hari)
Diestrus
(hari)
Sapi
3
12-24 jam
3-5
13
Kuda
3
4-7 hari
3-5
6-10
Babi
3
2-4 hari
3-4
9-13
Domba
2
1-2 hari
3-5
7-10
(Toelihere, 1981).














2.     Bagaimana mekanisme hormonal pada sistem reproduksi betina?
GnRH
Adenohypofisa
FSH
Ovulasi
LH
Corpus Luteum
Inhibin
Pertumbuhan folikel
Estradiol (Estrogen)
Progesteron
Feedback (  + )
Feedback ( - )
Hypothalamus
LTH (Prolaktin) (99(Prolaktin)
Neurohypofisa
Oxytocin
Partus
Laktasi
Prostaglandin
Relaxin
Organ Repro
Kebuntingan
Plasenta
Uterus
 























Hormon reproduksi betina dan fungsinya
Kelenjar
Hormon
Fungsi
Hipotalamus
1)    Gonadotropin Releasing Hormone
2)    Prolaktin Inhibiting Hormone
3)    Prolaktin Releasing Hormone
Melepaskan FSH dan LH
Retensi Prolaktin
Melepaskan ACTH
Adenohypophysa
1)      FSH
2)      LH

3)      Prolaktin (Luteotropic Hormone)
Pertumbuhan folikel
Pelepasan estrogen, Ovulasi , pelepasan progesterone
Pelepasan progesterone, masa laktasi
Neurohypophysa
Oxytocin
Proses partus, kontraksi uterus, penurunan produksi susu
Ovarium
1)      Estradiol





2)      Progesteron


3)      Relaxin
1)      Mempertahankan sifat-sifat kelamin sekunder dan sisitem saluran kelamin betina
2)      Kelakuan kelamin betina
3)      Stimulasi kelenjar susu
4)      Mobilisasi lemak dan Ca pada unggas
1)      Implantasi
2)      Mempertahankan kebuntingan
3)      Stimulasi kelenjar susu
1)      Relaksasi cervix uteri
2)      Inhibisi kontraksi uterus
3)      Pemisahan symphsis pubis
Placenta

1)      Human Chorionic Gonadotropin (HCGI) pada primate
2)      Pregnant Mare’s Serum (PMS) pada kuda
3)      Estradiol
4)      Progesteron

5)      Relaxin
Seperti LH

Seperti FSH

Kelenjar utama betina
Untuk Kehamilan
Pertumbuhan glandula  mamae
Uterus
Prostaglandin
Regresi korpus luteum
Proses partus
(Toelihere,1981)

3.     Bagaimana proses fertilisasi?
Untuk masuk ke dalam ovum,  spermatozoa pertama-tama harus menembus massa cumulus bila masih ada, lalu zona pellucida, dan membrana vitellinum (Toelihere,1981)
Tahap-tahap:
a.       Sperma kontak dengan zona pelucida, badan kutub pertama telah disingkirkan inti telur sedang mengalami pembelahan meiotik yang kedua
b.      Sperma telah menembus zona pelucida, dan kini bertaut pada membran vitellus. Hal ini merangsang reaksi zona, yang ditandai oleh bayangan yang menyelusur sekeliling zona pelucida
c.       Kepala sperma terambil dalam vitellus, dan terletak tepat dibawah permukaan yang terungkit diatasnya
d.      Sperma kini hampir seluruhnya berada didalam vitellus. Kepala sperma membengkak. Vitellus berkurang volumenya, dan badan polar kedua telah disingkirkan
e.       Pronuclei jantan dan betina mulai berkembang . Mitocondria berkumpul disekitar pronuclei
f.       Pronuclei berkembang sempurna dan mengandung banyak nucleoli. Pronucleus jantan lebih besar daripada betina
g.      Fertilisasi telah sempurna. Pronuclei telah menghilang diganti oleh kelompok-kelompok chromosom yang telah bersatu di dalam propase pada pembagian cleavage pertama (Toelihere,1981)
Daftar Pustaka
Budiyanto, Agung. 2012. Kuliah Pengantar Blok 9. Yogyakarta: FKH UGM
Frandson, RD. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Junaidi, Aris. 2006. Reproduksi dan Obstetri pada Anjing. Yogyakarta Gadjah Mada University Press
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung : Penerbit Angkasa

0 komentar:

Posting Komentar

 
© 2009 Diary Veteriner | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan