Tumor dan Spirocerca Lupi


I.                   Learning Objective
1.      Jelaskan pengertian dan macam-macam tumor!
2.      Bagaimana respon imun terhadap tumor?
3.      Jelaskan tentang Spirocerca lupi!

II.                Pembahasan
1.      Jelaskan pengertian dan macam-macam tumor!
Neoplasma ialah masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan , tidak terkordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus- menerus meskipun rangsang yang menimbulkan telah hilang. Sel neoplasma mengalami transformasi , oleh karena mereka terus- menerus membelah. Pada neoplasma, proliferasi berlangsung terus meskipun rangsang yang memulainya telah hilang. Proliferasi demikian disebut proliferasi neoplastik, yang mempunyai sifat progresif,tidak bertujuan, tidak memperdulikan jaringan sekitarnya,tidak ada hubungan dengan kebutuhan tubuh dan bersifat parasitic. Sel neoplasma bersifat parasitic dan pesaing sel atau jaringan normal atas kebutuhan metabolismenya pada penderita yang berada dalam keadaan lemah . Neoplasma bersifat otonom karena ukurannya meningkat terus. Proliferasi neoplastik menimbulkan massa neoplasma, menimbulkan pembengkakan / benjolan pada jaringan tubuh membentuk tumor (Suwandono, 2012).

·         Klasifikasi atas dasar Sifat Biologiknya
Atas dasar sifat biologiknya tumor dapat dibedakan atas tumor yang bersifat jinak ( tumor jinak ) dan tumor yang bersifat ganas (tumor ganas) dan tumor yang terletak antara jinak dan ganas disebut “ Intermediate” (Suwandono, 2012).
1.      Tumor Jinak ( Benigna )
Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai kapsul. Tidak tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak menimbulkan anak sebar pada tempat yang jauh. Tumor jinak pada umumnya disembuhkan dengan sempurna kecuali yang mensekresi hormone atau yang terletak pada tempat yang sangat penting, misalnya disumsum tulang belakang yang dapat menimbulkan paraplesia atau pada saraf otak yang menekan jaringan otak (Suwandono, 2012).
2.      Tumor ganas ( maligna )
Tumor ganas pada umumnya tumbuh cepat, infiltratif. Dan merusak  jaringan sekitarnya. Disamping itu dapat menyebar keseluruh tubuh melalui aliran limpe atau aliran darah dan sering menimbulkan kematian (Suwandono, 2012).
3.      Intermediate
Diantara 2 kelompok tumor jinak dan tumor ganas terdapat segolongan kecil tumor yang mempunyai sifat invasive local tetapi kemampuan metastasisnya kecil.Tumor demikian disebut tumor agresif local tumor ganas berderajat rendah. Sebagai contoh ialah karsinoma sel basal kulit (Suwandono, 2012).
·         Klasifikasi atas dasar asal sel / jaringan ( histogenesis )
Tumor diklasifikasikan dan diberi nama atas dasar asal sel tumor yaitu :
1. Neoplasma berasal sel totipoten
Sel totipoten ialah sel yang dapat berdeferensiasi kedalam tiap jenis sel tubuh.Sebagai contoh ialah zigot yang berkembang menjadi janin. Paling sering sel totipoten dijumpai pada gonad yaitu sel germinal. Tumor sel germinal dapat berbentuk sebagai sel tidak berdifensiasi, contohnya : Seminoma atau diseger minoma.Yang berdiferensiasi minimal contohnya : karsinoma embrional, yang berdiferensiasi kejenis jaringan termasuk trofobias misalnya chorio carcinoma. Dan yolk sac carcinoma. Yang berdiferensiasi somatic adalah teratoma (Suwandono, 2012).
2. Tumor sel embrional pluripoten
Sel embrional pluripoten dapat berdiferensiasi kedalam berbagai jenis sel-sel dan sebagai tumor akan membentuk berbagai jenis struktur alat tubuh. Tumor sel embrional pluripoten biasanya disebut embiroma atau biastoma, misalnya retinobiastoma, hepatoblastoma, embryonal rhbdomyosarcoma (Suwandono, 2012).
3. Tumor sel yang berdiferensiasi
Jenis sel dewasa yang berdiferensiasi, terdapat dalam bentuk sel alat-lat tubuh pada kehidupan pot natal. Kebanyakan tumor pada manusia terbentuk dari sel berdiferensiasi.
Tata nama tumor ini merupakan gabungan berbagai faktor yaitu perbedaan antara jinak dan ganas, asal sel epitel dan mesenkim lokasi dan gambaran deskriptif lain (Suwandono, 2012).
2.      Bagaimana respon imun terhadap tumor?
Sel kanker dikenal sebagai nonself yang bersifat antigenik  pada sistem imunitas tubuh manusia sehingga ia akan  menimbulkan respons imun secara seluler maupun humoral.  Respons sistem imun terhadap sel kanker dapat dibagi dua  yaitu humoral dan seluler (Halim, 2001).
1)      Peranan sistem imun humoral terhadap sel kanker
Imunitas humoral lebih sedikit berperan daripada imunitas seluler dalam proses penghancuran sel kanker, tetapi tubuh  tetap membentuk antibodi terhadap antigen tumor.  Dua mekanisme antibodi diketahui dapat menghancurkan target kanker yaitu :
a)      Antibody dependent cell mediated cytotoxicity (ADCC)
Pada ADCC antibodi IgG spesifik berikatan terhadap  Tumor Associated Antigen (TAA) dan sel efektor yang  membawa reseptor untuk bagian Fc dari molekul Ig. Antibodi  bertindak sebagai jembatan antara efektor dan target. Antibodi yang terikat dapat merangsang pelepasan superoksida atau peroksida dari sel efektor. Sel yang dapat bertindak sebagai efektor di sini adalah limfosit null (sel K), monosit, makrofag, Lekosit PMN (polimorfonuklear) dan fragmen trombosit. Ini akan mengalami lisis optimal dalam 4 sampai 6 jam (Halim, 2001).
b)      Complement Dependent Cytotoxicity
Di sini pengikatan antibodi ke permukaan sel tumor menyebabkan rangkaian peristiwa komplemen klasik dari C' 1,4,2,3,5,6,7,8,9. Komponen C' akhir menciptakan saluran atau kebocoran pada permukaan sel tumor. IgM lebih efisien dibanding IgM dalam merangsang proses complement dependent citotoxicity (Halim, 2001).
2)      Peranan sistem imun seluler sel kanker
Pada pemeriksaan patologi-anatomik tumor, sering ditemukan infiltrat sel-sel yang terdiri atas sel fagosit mononuklear, limfosit, sedikit sel plasma dan sel mastosit. Meskipun pada beberapa neoplasma, infiltrasi sel mononuklear merupakan indikator untuk prognosis yang baik, pada umumnya tidak ada hubungan antara infiltrasi sel dengan prognosis. Sistem imun yang nonspesifik dapat langsung menghancurkan sel tumor tanpa sensitisasi sebelumnya. Efektor sistem imun tersebut adalah sel Tc, fagosit mononuklear, polinuklear, Sel NK. Aktivasi sel T melibatkan sel Th dan Tc. Sel Th penting pada pengerahan dan aktivasi makrofag dan sel NK (Halim, 2001).
a)      Sitotoksitas melalui sel T
Kontak langsung antara sel target dan limfosit T menyebabkan interaksi antara reseptor spesifik pada permukaan sel T dengan antigen membran sel target yang mencetuskan induksi kerusakan membran yang bersifat lethal. Peningkatan kadar cyclic Adenosine Monophosphate (cAMP) dalam sel T dapat menghambat sitotoksisitas dan efek inhibisi Prostaglandin (PG) E 1 dan PGE2 terhadap sitotoksisitas mungkin diperantarai cAMP. Mekanisme penghancuran sel tumor yang pasti masih belum diketahui walaupun pengrusakan membran sel target dengan hilangnya integritas osmotik merupakan peristiwa akhir. Pelepasan Limfotoksin (LT),  interaksi membran-membran langsung dan aktifitas T cell associated enzyme seperti phospholipase diperkirakan merupakan penyebab rusaknya membran. Interleukin (IL), interferon (IFN) dan sel T mengaktifkan pul asel Natural Killer (NK). Sel ini berbentuk large  granulocytic lymphocyte (LGL). Kebanyakan sel ini mengandung reseptor Fc dan banyak yang mengekspresikan antigen sel T. Lisis sel target dapat terjadi tanpa paparan pendahuluan dan target dapat dibunuh langsung. Sel NK menunjukkan beberapa spesifisitas yang lebih luas terhadap target tumor yang biasanya dibunuh lebih cepat dibanding sel normal. Kematian sel tumor dapat sebagai akibat paparan terhadap toxin yang terdapat dalam granula LGL, produksi superoksida atau aktivitas protease serine pada permukaan sel efektor. Sel NK diaktivasi IFN dan II-2 in vitro. Aktivitas NK dapat dirangsang secara in vitro dengan pemberian IFN, inducer atau imunostimulan seperti Bacille Calmette Guerin (BCG) dan Corynebacterium (C) parvum. Penghambatan aktivasi sel NK terlihat pada beberapa PG (PGE1, PGE2, PGA1 dan PGA2), phorbol ester, glukokortikoid dan siklofosfamid. Pada banyak kasus, agen ini langsung mempengaruhi aktivitas NK, sel supresor juga dapat mempengaruhi sel NK. Sel NC (Natural Cytotoxic) juga teridentifikasi menghancurkan sel tumor. Berbeda dengan sel NK, sel NC kelihatannya distimulasi oleh IL-3 dan relatif tahan  terhadap glukokortikoid dan siklofosfamid. Populasi LAK (lymphocyte activated killer) cell dapat tumbuh di bawah pengaruh IL-2 (Halim, 2001).
b)      Sitotoksisitas melalui makrofag
Makrofag yang teraktivasi berikatan dengan sel neoplastik lebih cepat dibanding dengan sel normal. Pengikatan khusus makrofag yang teraktivasi ke membran sel tumor adalah melalui struktur yang sensitif terhadap tripsin. Pengikatan akan bertambah kuat dan erat dalam 1 sampai 3 jam dan ikatan ini akan mematikan sel. Sekali pengikatan terjadi, mekanisme sitotoksisitas melalui makrofag berlanjut dengan transfer enzim lisosim, superoksida, protease, faktor sitotoksis yang resisten terhadap inhibitor protease dan yang menyerupai LT. Sekali teraktivasi, makrofag dapat menghasilkan PG yang dapat membatasi aktivasinya sendiri. Makrofag yang teraktivasi dapat menekan proliferasi limfosit, aktivitas NK dan produksi mediator. Aktivasi supresi dapat berhubungan dengan pelepasan PG atau produksi superoksida. Sebagai tambahan, makrofag dapat merangsang dan juga menghambat pertumbuhan sel tumor, yang bergantung dengan bagian yang rentan dari sel tumor, ratio makrofag dengan sel target dan status fungsional makrofag. Indometasin dapat menghambat
efek perangsangan makrofag pada pertumbuhan tumor ovarium yang diperkirakan prostaglandin mungkin berperan sebagai mediatornya. Macrophage derived factor dapat merangsang pertumbuhan tumor dan menekan imunitas sel T. Akumulasi makrofag dalam tumor mungkin menggambarkan interaksi makrofag kompleks dari beberapa faktor dan juga kinetik produksi monosit oleh sumsum tulang. Jadi status fungsional makrofag dalam tumor juga berperan selain jumlahnya.  Makrofag bila diaktifkan oleh limfokin, endotoksin, RNA dan IFN akan menunjukkan aktivasi berupa adanya perubahan morfologik, biokimiawi dan fungsi sel. Makrofag yang diaktifkan biasanya menjadi sitotoksik nonspesifik terhadap sel tumor in vitro. Makrofag dapat pula berfungsi sebagai efektor pada ADCC terhadap tumor. Di samping itu makrofag dapat menimbulkan efek negatif berupa supresi yang disebut makrofag supresor. Hal tersebut dapat disebabkan oleh tumor itu sendiri atau akibat pengobatan (Halim, 2001).
Urutan enam langkah kematian sel kanker. Sebuah sel kanker telah bermigrasi melalui lubang-lubang dari membran dilapisi matriks dari atas ke bawah, simulasi migrasi alami sel kanker menyerang antara, dan kadang-kadang melalui, endotelium vaskular. Perhatikan paku atau pseudopodia yang merupakan ciri khas dari sel kanker menyerang (1). Sebuah buffy coat yang mengandung sel darah merah, limfosit dan makrofag ditambahkan ke bagian bawah membran. Sekelompok makrofag mengidentifikasi sel kanker sebagai benda asing dan mulai menempel pada sel kanker, yang masih memiliki paku nya (2). Tampil: Makrofag mulai menyatu dengan, dan menyuntikkan racun ke dalam, sel kanker. Sel mulai mengumpulkan dan kehilangan paku nya (3). Sebagai sel makrofag menjadi halus (4). Sel kanker muncul kental dalam tahap terakhir sebelum mati. Benjolan ini sebenarnya makrofag menyatu dalam sel kanker (5). Sel kanker kemudian kehilangan morfologi, menyusut dan mati (6) (Anonim, 2012).
3.      Jelaskan tentang Spirocerca lupi!
1.      Etiologi
Cacing Spirocerca lupi ditemukan didalam tumor kerongkongan, lambung dan aorta anjing serta berbagai hewan pemakan daging lainnya. Cacing dewasa berukuran 3-8 cm, berwarna merah, dan terdapat melingkar didalan tumor jaringan ikat pada dinding kerongkongan atau organ lainnya., Telur cacing berdinding tebal,oval dan dinding lateral yang hamper parallel. Ukuran telur 30 x 12µ, berisi larva stadium pertama (
Anonim, 2008).
2.      Siklus Hidup
Tinja,bahan muntahan → telur → dimakan oleh kumbag tahi → larva stadium 3→ Hospes paratenik (ayam, hewan pengerat dan kadal)→ larva membentuk kista → hospes paratenik dimakan anjing →larva membuat liang pada lambung bermigrasi dalam lapisan luar arteri visceral dan aorta sampai kerongkongan dan lambung → dewasa.
Periode pre paten : 17-18 minggu (
Anonim, 2008).
3.      Gejala Klinis
- Migrasi larva : perdarahan dan radang
- Nafsu makan hilang
- Muntah
- Iritasi menyebabkan tremor
- Aneurisma aorta
- Rupture pembuluh darah
- Osteoarthropati paru-paru sekunder (
Anonim, 2008).
4.      Diagnosa
- Berdasarkan gejala klinis
- Menemukan telur cacing dalan tinja atau bahan muntahan
- Pemeriksaan radiology atau gastro-endoskopi (
Anonim, 2008).
5.      Pengobatan
diethylcarbamazine, disophenol, levamisole, albendazole and fenbendazole.
Belakangan ini pemberian 400µg/kg ivermectin and doramectin melalui subkutan lebih mujarab (
Anonim, 2008).

III.             Daftar Pustaka
Anonim. 2008. Neoplasia Akibat Infeksi Spirocerca Lupi.http://www.vet-klinik.com/Pets-Animals/Neoplasia-akibat-infeksi-Spirocerca-lupi.html. Diakses Pada 26 Maret 2012
Anonim, 2012. Imunitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Imunitas. Diakses Pada 26 Maret 2012
Halim, Binarwan., M Fauzie Sahil. 2001. Imunologi Kanker. Medan: FK USU
Suwandono, Adji. 2012. Neoplasma. http://adjisuwandono.staff.uns.ac.id/files/2010/07/introducing-neoplasma.pdf. Diakses 26 Pada Maret 2012

2 komentar:

writer mengatakan...

tumor memang sangat mengerikan sekali ...
salam kenal

kunjungi dan vote ya

http://goo.gl/SqjHEx

Ayam Jackpot mengatakan...

* KUNJUNGI SITUS KAMI DI *

WWW.ID303.INFO


MENANG BERAPAPUN, PASTI KAMI BAYAR !!! *


* Melayani LiveChat 7 x 24 Jam Nonstop :

- WA : 08125522303
- BBM : CSID303



Daftar Sabung Ayam S128 Terpercaya


Agen Sbobet Online


www.gorengayam.live

Posting Komentar

 
© 2009 Diary Veteriner | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan