I. Learning Objective
1. Bagaimana pengelompokan dan struktur fungi?
2. Bagaimana pengelompokan dan struktur bakteri?
3. Bagaimana reproduksi fungi?
4. Bagaimana reproduksi bakteri?
II. Pembahasan
1. Bagaimana pengelompokan dan struktur fungi?
A. Pengelompokan
Jamur atau fungi di bagi menjadi 6 divisi:
• Mycomycotina (Jamur lendir)
Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana.
Mempunyai 2 fase hidup, yaitu:
- fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak seperti amuba, disebut plasmodium
- fase tubuh buah
Reproduksi : secara vegetatif dengan spora, yaitu spora kembara yang disebut myxoflagelata. Contoh spesies : Physarum polycephalum
• Oomycotina
Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-cabang dan mengandung banyak inti.
Reproduksi:
- Vegetatif : yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di darat dengan sporangium dan konidia.
- Generatif : bersatunya gamet jantan dan betina membentuk oospora yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru.
Contoh spesies: Saprolegnia sp, Phytophora infestans
• Zygomycotina
Tubuh multiseluler, habitat umumnya di darat sebagai saprofit, hifa tidak bersekat.
Reproduksi:
- Vegetatif : dengan spora.
- Generatif: dengan konyugasi hifa (+) dengan hlifa (-) akan menghasilkan zigospora yang nantinya akan tumbuh menjadi individu baru.
Contoh spesies: Mucor mucedo (biasa hidup di kotoran ternak dan roti), Rhizopus oligosporus (jamur tempe)
• Ascomycotina
Tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multi seluler. Ascomycotina multiseluler, hifanya bersekat dan berinti banyak. Hidupnya: ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes (Lumut kerak).
Reproduksi:
- Vegetatif : pada jamur uniseluler membentuk tunas-tunas, pada yang multiseluler membentuk spora dari konidia.
- Generatif: Membentuk askus yang menghasilkan askospora.
Contoh spesies: Sacharomyces cerevisae, Peniciliium notatum, Penicillium chrysogen, Aspergillus flavus
• Basidiomycotina
Ciri khasnya alat repoduksi generatifnya berupa basidium sebagai badan penghasil spora. Kebanyalcan anggota spesies berukuran makroskopik.
Contoh spesies: Fillobasidiela neoformans (menimbulkan kriptokokosis).
• Dueteromycotina
Miseliumnya septat, spora aseksualnya konidiosospora, spora seksualnya belum ditemukan.
Contoh: Histoplasma capsulatum (penyebab histoplasmosis), Blastomycess sp (penyebab blastomikosis), Coccidioides immitis (penyebab koksidioidomikosis) (Pelczar. 2005).
B. Struktur
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat (Pelczar. 2005).
2. Bagaimana pengelompokan dan struktur bakteri?
A. Pengelompokan
a. Berdasarkan bentuknya:
• Bacillus, merupakan bakteri yang mempunyai bentuk tongkat pendek/batang kecil dan silindris. Basil dapat bergandeng-gandeng panjang, bergandengan dua-dua, atau terlepas satu sama lain. Berdasarkan jumlah koloni, basil dibagi menjadi : monobasil, diplobasil, dan streptobasil. Beberapa disebut cocobacilli (batang pendek, diantara batang dan kokus)
• Coccus, merupakan bakteri berbentuk bulat. Berdasarkan jumlah koloni, kokus dibagi menjadi : monomomus, diplokokus, streptokokus, stafilokokus, sarcina, dan tetrakokus.
• Spirilium, bakteri spiral mempunyai lekukan yang berbeda-beda. Bakteri berbentuk koma disebut: vibrio, berombak disebut Spirilium dan seperti pembuka botol disebut spirochete (Wahyuni, 2011).
b. Berdasarkan kedudukan flagel:
1) Atrik : Tidak memiliki flagel sama sekali.
2) Monotrik: Memiliki flagel tunggal di salah satu ujung tubuh bakteri
Contoh: Pseudomonas aeruginosa
3) Lofotrik: Memiliki sekelompok flagel namun hanya di salah satu ujung tubuh bakteri. Contoh: Pseudomonas fluorsens.
4) Amfitrik: Memiliki sekelompok flagel di kedua sisi tubuh bakteri. Contoh: Spirillum serpens.
5) Peritrik: Memiliki flagel di seluruh sisi tubuh bakteri. Contoh: Salmonella typhi (Pelczar. 2005).
a. Struktur di luar dinding sel bakteri
1) Flagelum
Merupakan suatu struktur granular tepat dibawah membran sel didalam sitoplasma. Flagelum berfungsi untuk motilitas (pergerakan). Flagelum terdiri dari tiga bagian: tubuh dasar, kait, dan filamen panjang diluar dinding sel bakteri. Flagelum terdiri dari subunti-subunit protein, disebut flagelin. Flgelum jarang dijumpai di jenis bakteri coccus, tetapi banyak dijumpai di bacillus dan spirilum (Pelczar. 2005).
2) Pili/ Fimbriae
Banyak bakteri gram negatif mempunyai bentukan seperti filamen yang bukan flagela, apendiks ini disebut pilus/ fimbriae. Pili termasuk golongan yang disebut lektin. Ada 2 macam yaitu fili biasa yang berperan dalam pelekatan pada sel inang disebut antigen kolonisasi dan sex fili untuk memidahkan materi genetik ke bakteri lain waktu konjugasi (Pelczar. 2005).
3) Kapsul
Merupakan bahan kental yang mengelilingi sel bakteri, bahan kental ini disekresikan dari sel dan karena kekentalannya, kapsul tidak akan mudah berdifusi lepas dari sel. Kapsul bakteri penyebab penyakit-penyakit tertentu menambah kemampuan bakteri tersebut untuk menginfeksi (Pelczar. 2005).
4) Dinding Sel
Berfungsi memberikan bentuk pada bakteri, mengatur keluar masuk zat, serta memegang peranan dalam pembelahan sel. Dinding sel terdiri berbagai macam bahan organik seperti selulosa, hemiselulosa, dan khitin (karbohidrat yang mengandung unsur N) (Pelczar. 2005).
b. Struktur di dalam dinding sel bakteri
1) Membran Sitoplasma
Membrane sitoplasma tersusun oleh oleh senyawa protein, lipida, serta asam nukleat. Pada membran yang ikut berperan dalam reaksi pewarnaan ini terdapat juga enzim yang mampu mengkatalisir reaski kimia yang berkaitan dengan proses pemecahan bahan makanan untuk hasilkan bahan makanan. Membran juga berfungsi kontrol untuk aliran substansi-substansi yang masuk dan keluar sel (Pelczar. 2005).
2) Mesosom
Merupakan membran plasma yang melekat ke dalam. Berfungsi dalam sintesis dinding sel dan pembelahan nukleus. Pada bakteri Gr + terltak pada daerah replikasi DNA, pembelahan sel, pembelahan spora → dikaitkan dengan pembentukan septum waktu pembelahan. Gr – sebagai lekukan kecil dan dikaitkan dengan bahan Nukleus (Pelczar. 2005).
3) Sitoplasma
Di dalam sitoplasma terdapat tempat perlekatan ribosom, daerah nukleus yang kaya akan DNA dan terdapat benda-benda inklusi (merupakan tumpukan substansi-substansi kimia) (Pelczar. 2005).
4) Ribosom
Ribosom, yakni partikel kecil yang terdiri dari protein dan RNA yang berfungsi mensintesis protein (Wahyuni, 2011).
3. Bagaimana reproduksi fungi?
Jamur berkembangbiak dengan berbagai cara, pembelahan, dengan reproduksi seksual dan aseksual, penguncupan, pembentukan spora, dan peleburan 2 nukleus dari 2 indukan. Pada pembelahan terjadi pembagian diri sel induk menjadi 2 bentukan anakan baru, sadangakan pada penuncupan adalah penonjolan kecil pada suatu bagian jamur yang nantinga akan menjadi anakan baru. Untuk pembentukan spora yaitu :
a. Spora aseksual
1) Konidiospora, Konidium kecil dan uniseluler dinamakan mikrokonidium, yang besar dan multiseluler dinamakan makrokonidium. Konidium dibentu diujung atau sisi suatu hifa.
2) Sporangispora, Spora bersel satu ini terbentuk sporangium diujung hifa khusus sporangiosfora.
3) Oidium atau artrospora, spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
4) Klamidiospora, Spora bersel satu yang berdinding tebal, sangat resisten terhadap keadaan buruk, terbentu dari sel-sel hifa somatic.
5) Blastospora, Tunas atau kuncup saat penguncupan disebut blastospora.
b. Spora seksual
1) Askospora, Spora bersel satu ini terbentuk didalam pundit atau kantung askus, ada delapan askospora didalam satu askus.
2) Basidiospora, Spora bersel satu yang dibentuk didalam basidium.
3) Zigospora adalah spora berdinding tebal ang terbentuk apabila ujung-ujung kedua hifa yang secara seksual serasi, disebut gametangia pada beberapa cendawan yang melebur.
4) Oospora, Spora ini terbentuk didalam struktur betina khusus yang disebut ooginium. Pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang dibentuk didalam anteredium menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium dapat ada satu atau lebih oosfer (Pelczar. 2005).
4. Bagaimana reproduksi bakteri?
a. Vegatatif/Aseksual
Pembelahan Sel (Pembelahan Biner Melintang)
Pembiakan secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, sedangkan pembiakan seksual dilakukan dengan cara transformasi, transduksi , dan konjugasi. Namun, proses pembiakan cara seksual berbeda dengan eukariota lainnya. Sebab, dalam proses pembiakan tersebut tidak ada penyatuan inti sel sebagaimana biasanya pada eukarion, yang terjadi hanya berupa pertukaran materi genetika ( rekombinasi genetik ) (Anonymous 1, 1994).
Pada beberapa jenis bakteri terdapat fase pertumbuhannya :
1) Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus.
2) Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang.
3) Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik. Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk koloni.Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit sekali. Jika pembelahan berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan delapan anakan sel.(Anonymous 1, 1994)
b. Seksual
Transformasi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetika dari satu bakteri ke bakteri lain. Pada proses transformasi tersebut ADN bebas sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel bakteri penerima, tetapi tidak terjadi melalui kontak langsung. Cara transformasi ini hanya terjadi pada beberapa spesies saja, . Contohnya : Streptococcus pnemoniaeu, Haemophillus, Bacillus, Neisseria, dan Pseudomonas. Diguga transformasi ini merupakan cara bakteri menularkan sifatnya ke bakteri lain (Anonymous 1, 1994).
Transduksi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetik dari sel bakteri satu ke bakteri lain dengan perantaraan virus. Selama transduksi, kepingan ganda ADN dipisahkan dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima oleh bakteriofage (virus bakteri). Bila virus – virus baru sudah terbentuk dan akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri, bakteriofage yang nonvirulen (menimbulakan respon lisogen) memindahkan ADN dan bersatu dengan ADN inangnya, Virus dapat menyambungkan materi genetiknya ke DNA bakteri dan membentuk profag. Ketika terbentuk virus baru, di dalam DNA virus sering terbawa sepenggal DNA bakteri yang diinfeksinya. Virus yang terbentuk memiliki dua macam DNA yang dikenal dengan partikel transduksi (transducing particle). Proses inilah yang dinamakan Transduksi. Cara ini dikemukakan oleh Norton Zinder dan Jashua Lederberg pada tahun 1952 (Anonymous 1. 1994).
Konjugasi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetika dari satu bakteri ke bakteri lain melalui suatu kontak langsung. Artinya, terjadi transfer ADN dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima melalui ujung pilus.. Kemampuan sel donor memindahkan ADN dikontrol oleh faktor pemindahan ( transfer faktor = faktor F ) (Anonymous 1, 1994).
III. Daftar Pustaka
Anonymous 1, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedoteran. Jakarta : Bina Aksara.
Pelczar, Michael J. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta : UI-Press.
Indonesia: Jakarta
Wahyuni, A.E.T.H. 2011. Jenis dan Struktur Bakteri. FKH UGM: Yogyakarta.
1. Bagaimana pengelompokan dan struktur fungi?
2. Bagaimana pengelompokan dan struktur bakteri?
3. Bagaimana reproduksi fungi?
4. Bagaimana reproduksi bakteri?
II. Pembahasan
1. Bagaimana pengelompokan dan struktur fungi?
A. Pengelompokan
Jamur atau fungi di bagi menjadi 6 divisi:
• Mycomycotina (Jamur lendir)
Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana.
Mempunyai 2 fase hidup, yaitu:
- fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak seperti amuba, disebut plasmodium
- fase tubuh buah
Reproduksi : secara vegetatif dengan spora, yaitu spora kembara yang disebut myxoflagelata. Contoh spesies : Physarum polycephalum
• Oomycotina
Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-cabang dan mengandung banyak inti.
Reproduksi:
- Vegetatif : yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di darat dengan sporangium dan konidia.
- Generatif : bersatunya gamet jantan dan betina membentuk oospora yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru.
Contoh spesies: Saprolegnia sp, Phytophora infestans
• Zygomycotina
Tubuh multiseluler, habitat umumnya di darat sebagai saprofit, hifa tidak bersekat.
Reproduksi:
- Vegetatif : dengan spora.
- Generatif: dengan konyugasi hifa (+) dengan hlifa (-) akan menghasilkan zigospora yang nantinya akan tumbuh menjadi individu baru.
Contoh spesies: Mucor mucedo (biasa hidup di kotoran ternak dan roti), Rhizopus oligosporus (jamur tempe)
• Ascomycotina
Tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multi seluler. Ascomycotina multiseluler, hifanya bersekat dan berinti banyak. Hidupnya: ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes (Lumut kerak).
Reproduksi:
- Vegetatif : pada jamur uniseluler membentuk tunas-tunas, pada yang multiseluler membentuk spora dari konidia.
- Generatif: Membentuk askus yang menghasilkan askospora.
Contoh spesies: Sacharomyces cerevisae, Peniciliium notatum, Penicillium chrysogen, Aspergillus flavus
• Basidiomycotina
Ciri khasnya alat repoduksi generatifnya berupa basidium sebagai badan penghasil spora. Kebanyalcan anggota spesies berukuran makroskopik.
Contoh spesies: Fillobasidiela neoformans (menimbulkan kriptokokosis).
• Dueteromycotina
Miseliumnya septat, spora aseksualnya konidiosospora, spora seksualnya belum ditemukan.
Contoh: Histoplasma capsulatum (penyebab histoplasmosis), Blastomycess sp (penyebab blastomikosis), Coccidioides immitis (penyebab koksidioidomikosis) (Pelczar. 2005).
B. Struktur
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat (Pelczar. 2005).
2. Bagaimana pengelompokan dan struktur bakteri?
A. Pengelompokan
a. Berdasarkan bentuknya:
• Bacillus, merupakan bakteri yang mempunyai bentuk tongkat pendek/batang kecil dan silindris. Basil dapat bergandeng-gandeng panjang, bergandengan dua-dua, atau terlepas satu sama lain. Berdasarkan jumlah koloni, basil dibagi menjadi : monobasil, diplobasil, dan streptobasil. Beberapa disebut cocobacilli (batang pendek, diantara batang dan kokus)
• Coccus, merupakan bakteri berbentuk bulat. Berdasarkan jumlah koloni, kokus dibagi menjadi : monomomus, diplokokus, streptokokus, stafilokokus, sarcina, dan tetrakokus.
• Spirilium, bakteri spiral mempunyai lekukan yang berbeda-beda. Bakteri berbentuk koma disebut: vibrio, berombak disebut Spirilium dan seperti pembuka botol disebut spirochete (Wahyuni, 2011).
b. Berdasarkan kedudukan flagel:
1) Atrik : Tidak memiliki flagel sama sekali.
2) Monotrik: Memiliki flagel tunggal di salah satu ujung tubuh bakteri
Contoh: Pseudomonas aeruginosa
3) Lofotrik: Memiliki sekelompok flagel namun hanya di salah satu ujung tubuh bakteri. Contoh: Pseudomonas fluorsens.
4) Amfitrik: Memiliki sekelompok flagel di kedua sisi tubuh bakteri. Contoh: Spirillum serpens.
5) Peritrik: Memiliki flagel di seluruh sisi tubuh bakteri. Contoh: Salmonella typhi (Pelczar. 2005).
a. Struktur di luar dinding sel bakteri
1) Flagelum
Merupakan suatu struktur granular tepat dibawah membran sel didalam sitoplasma. Flagelum berfungsi untuk motilitas (pergerakan). Flagelum terdiri dari tiga bagian: tubuh dasar, kait, dan filamen panjang diluar dinding sel bakteri. Flagelum terdiri dari subunti-subunit protein, disebut flagelin. Flgelum jarang dijumpai di jenis bakteri coccus, tetapi banyak dijumpai di bacillus dan spirilum (Pelczar. 2005).
2) Pili/ Fimbriae
Banyak bakteri gram negatif mempunyai bentukan seperti filamen yang bukan flagela, apendiks ini disebut pilus/ fimbriae. Pili termasuk golongan yang disebut lektin. Ada 2 macam yaitu fili biasa yang berperan dalam pelekatan pada sel inang disebut antigen kolonisasi dan sex fili untuk memidahkan materi genetik ke bakteri lain waktu konjugasi (Pelczar. 2005).
3) Kapsul
Merupakan bahan kental yang mengelilingi sel bakteri, bahan kental ini disekresikan dari sel dan karena kekentalannya, kapsul tidak akan mudah berdifusi lepas dari sel. Kapsul bakteri penyebab penyakit-penyakit tertentu menambah kemampuan bakteri tersebut untuk menginfeksi (Pelczar. 2005).
4) Dinding Sel
Berfungsi memberikan bentuk pada bakteri, mengatur keluar masuk zat, serta memegang peranan dalam pembelahan sel. Dinding sel terdiri berbagai macam bahan organik seperti selulosa, hemiselulosa, dan khitin (karbohidrat yang mengandung unsur N) (Pelczar. 2005).
b. Struktur di dalam dinding sel bakteri
1) Membran Sitoplasma
Membrane sitoplasma tersusun oleh oleh senyawa protein, lipida, serta asam nukleat. Pada membran yang ikut berperan dalam reaksi pewarnaan ini terdapat juga enzim yang mampu mengkatalisir reaski kimia yang berkaitan dengan proses pemecahan bahan makanan untuk hasilkan bahan makanan. Membran juga berfungsi kontrol untuk aliran substansi-substansi yang masuk dan keluar sel (Pelczar. 2005).
2) Mesosom
Merupakan membran plasma yang melekat ke dalam. Berfungsi dalam sintesis dinding sel dan pembelahan nukleus. Pada bakteri Gr + terltak pada daerah replikasi DNA, pembelahan sel, pembelahan spora → dikaitkan dengan pembentukan septum waktu pembelahan. Gr – sebagai lekukan kecil dan dikaitkan dengan bahan Nukleus (Pelczar. 2005).
3) Sitoplasma
Di dalam sitoplasma terdapat tempat perlekatan ribosom, daerah nukleus yang kaya akan DNA dan terdapat benda-benda inklusi (merupakan tumpukan substansi-substansi kimia) (Pelczar. 2005).
4) Ribosom
Ribosom, yakni partikel kecil yang terdiri dari protein dan RNA yang berfungsi mensintesis protein (Wahyuni, 2011).
3. Bagaimana reproduksi fungi?
Jamur berkembangbiak dengan berbagai cara, pembelahan, dengan reproduksi seksual dan aseksual, penguncupan, pembentukan spora, dan peleburan 2 nukleus dari 2 indukan. Pada pembelahan terjadi pembagian diri sel induk menjadi 2 bentukan anakan baru, sadangakan pada penuncupan adalah penonjolan kecil pada suatu bagian jamur yang nantinga akan menjadi anakan baru. Untuk pembentukan spora yaitu :
a. Spora aseksual
1) Konidiospora, Konidium kecil dan uniseluler dinamakan mikrokonidium, yang besar dan multiseluler dinamakan makrokonidium. Konidium dibentu diujung atau sisi suatu hifa.
2) Sporangispora, Spora bersel satu ini terbentuk sporangium diujung hifa khusus sporangiosfora.
3) Oidium atau artrospora, spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
4) Klamidiospora, Spora bersel satu yang berdinding tebal, sangat resisten terhadap keadaan buruk, terbentu dari sel-sel hifa somatic.
5) Blastospora, Tunas atau kuncup saat penguncupan disebut blastospora.
b. Spora seksual
1) Askospora, Spora bersel satu ini terbentuk didalam pundit atau kantung askus, ada delapan askospora didalam satu askus.
2) Basidiospora, Spora bersel satu yang dibentuk didalam basidium.
3) Zigospora adalah spora berdinding tebal ang terbentuk apabila ujung-ujung kedua hifa yang secara seksual serasi, disebut gametangia pada beberapa cendawan yang melebur.
4) Oospora, Spora ini terbentuk didalam struktur betina khusus yang disebut ooginium. Pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang dibentuk didalam anteredium menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium dapat ada satu atau lebih oosfer (Pelczar. 2005).
4. Bagaimana reproduksi bakteri?
a. Vegatatif/Aseksual
Pembelahan Sel (Pembelahan Biner Melintang)
Pembiakan secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, sedangkan pembiakan seksual dilakukan dengan cara transformasi, transduksi , dan konjugasi. Namun, proses pembiakan cara seksual berbeda dengan eukariota lainnya. Sebab, dalam proses pembiakan tersebut tidak ada penyatuan inti sel sebagaimana biasanya pada eukarion, yang terjadi hanya berupa pertukaran materi genetika ( rekombinasi genetik ) (Anonymous 1, 1994).
Pada beberapa jenis bakteri terdapat fase pertumbuhannya :
1) Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus.
2) Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang.
3) Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik. Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk koloni.Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit sekali. Jika pembelahan berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan delapan anakan sel.(Anonymous 1, 1994)
b. Seksual
Transformasi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetika dari satu bakteri ke bakteri lain. Pada proses transformasi tersebut ADN bebas sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel bakteri penerima, tetapi tidak terjadi melalui kontak langsung. Cara transformasi ini hanya terjadi pada beberapa spesies saja, . Contohnya : Streptococcus pnemoniaeu, Haemophillus, Bacillus, Neisseria, dan Pseudomonas. Diguga transformasi ini merupakan cara bakteri menularkan sifatnya ke bakteri lain (Anonymous 1, 1994).
Transduksi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetik dari sel bakteri satu ke bakteri lain dengan perantaraan virus. Selama transduksi, kepingan ganda ADN dipisahkan dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima oleh bakteriofage (virus bakteri). Bila virus – virus baru sudah terbentuk dan akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri, bakteriofage yang nonvirulen (menimbulakan respon lisogen) memindahkan ADN dan bersatu dengan ADN inangnya, Virus dapat menyambungkan materi genetiknya ke DNA bakteri dan membentuk profag. Ketika terbentuk virus baru, di dalam DNA virus sering terbawa sepenggal DNA bakteri yang diinfeksinya. Virus yang terbentuk memiliki dua macam DNA yang dikenal dengan partikel transduksi (transducing particle). Proses inilah yang dinamakan Transduksi. Cara ini dikemukakan oleh Norton Zinder dan Jashua Lederberg pada tahun 1952 (Anonymous 1. 1994).
Konjugasi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetika dari satu bakteri ke bakteri lain melalui suatu kontak langsung. Artinya, terjadi transfer ADN dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima melalui ujung pilus.. Kemampuan sel donor memindahkan ADN dikontrol oleh faktor pemindahan ( transfer faktor = faktor F ) (Anonymous 1, 1994).
III. Daftar Pustaka
Anonymous 1, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedoteran. Jakarta : Bina Aksara.
Pelczar, Michael J. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta : UI-Press.
Indonesia: Jakarta
Wahyuni, A.E.T.H. 2011. Jenis dan Struktur Bakteri. FKH UGM: Yogyakarta.
1 komentar:
terimakasih nih pembahasannya...
http://tokoonlineobat.com/obat-demam-tifoid-alami/
Posting Komentar