I.
LEARNING
OBJECTIVE
1. Jelaskan
tentang sistem imun (hewan) meliputi:
a. Respon
tubuh terhadap antigen (bakteri)
b. Faktor
yang mempengaruhi imunitas
2. Jelaskan
tentang vaksin (pengertian, macam dan pemberian)
II.
PEMBAHASAN
1. Jelaskan
tentang sistem imun (hewan) meliputi:
a. Respon tubuh terhadap antigen
(bakteri)
Terdapat
empat mekanisme dasar kekebalan tubuh yang khusus memerangi infeksi bakteri:
1. Netralisasi
toksin atau enzim oleh antibodi
2. Pemusnahan
bakteri oleh antibodi, komplemen, lisozim
3. Opsonisasi
bakteri oleh antibbodi (dan komplemen, yang mengakibatkan fagositosis dan
penghancuran bakteri
4. Fagositosis
dan penghancuran intraseluler bakteri oleh makrofag yang diaktivasi. (Tizard, 1988).
b.
Faktor
yang mempengaruhi imunitas
1. Genetik:
Kerentanan seseorang terhadap penyakit ditentukan oleh gen HLA/MHC
2. Umur:
Hipofungsi sistim imun pada bayi à mudah
terinfeksi, pada orang tua à autoimun dan kangker
3. Metabolik:
Penderita penyakit metabolik atau Pengobatan
4. Lingkungan
dan nutrisi
5. Anatomis:
Pertahanan terhadap invasi, misal kulit, mukosa
6. Fisiologis:
Cairan lambung, silia trsktus respirator, aliran urin, sekresi kulit yang
bersifat bakterisid, enzim, antibodi
7. Mikrobial
(Darwin. 2012)
2. Jelaskan
tentang vaksin (pengertian, macam dan pemberian)
·
Pengertian
Imunisasi
adalah prosedur untuk meningkatkan derajat immunitas, memberikan imunitas
protektif dengan mengindukasi respons memori terhadap patogen tertentu/toksin
dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik (Baratawidjaja, 2010).
Vaksin adalah bahan antigenik yang
digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga
dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi. Vaksin dibedakan menjadi dua,
yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif (Tizard, 1988).
·
Macam
Berdasarkan bahan imun yang
digunakan ada dua jenis vaksin, yaitu:
Attenuated
whole-agent vaccines
· Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang
· Virus yang
telah dilemahkan tersebut dapat bereplikasi di dalam tubuh, meningkatkan dosis
asli, dan berperan sebagai imunisasi ulangan.
· Keefektifan dapat
mencapai 95%
· Seringkali
tidak memerlukan imunisasi ulangan
· Tidak
disarankan untuk pasien kompromis
· Contoh :
vaksin polio (Sabin), vaksin MMR, vaksin TBC, vaksin demam tifoid
Vaksin hidup
terbuat dari virus hidup yang diatenuasikan dengan cara pasase berseri pada
biakan sel tertentu atau telur ayam berembrio. Dalam proses ini akumulasi dari
mutasi umumnya menyebabkan hilangnya virulensi virus secara progresif bagi
inang aslinya. Didalam vaksin mengandung virus hidup yang dapat berkembang biak
dan merangsang respon imun tanpa menimbulkan sakit
(Tizard, 1988).
Inactivated whole-agent vaccines
· Memakai
mikroba yang sudah dibunuh dengan formalin ataupun fenol
· Contoh :
vaksin rabies, vaksin influenza, vaksin polio (Salk), vaksin pneumonia pneumokokal,
vaksin kolera, vaksin pertusis, dan vaksin demam tifoid
Vaksin
inaktif dihasilkan dengan menghancurkan infektivitasnya sedangkan
imunogenitasnya masih dipertahankan dengan cara:
· Fisik
misalnya dengan pemanasan, radiasi
· Chemis,
dengan bahan kimia fenol, betapropiolakton, formaldehid, etilenimin.
Dengan perlakuan ini virus menjadi
inaktif tetapi imunogenitasnya masih ada. Vaksin ini sangat aman karena tidak
infeksius, namun diperlukan jumlah yang banyak untuk menimbulkan respon
antibodi
(Tizard, 1988).
Vaksin sub unit
Vaksin sub
unit merupakan vaksin yang dibuat dari komponen virus Teknik yang relatif baru
dalam produksi vaksin adalah dengan melakukan kloning dari gen virus melalui
rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin antiidiotipe
(Tizard, 1988).
Vaksin sub
unit merupakan vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dari mikroorganisme yang
imunogenik secara alamiah misalnya hepatitis B, atau virus yang dipisahkan dengan
detergen misalnya influensa (Tizard, 1988).
Vaksin idiotipe
Vaksin idiotipe
merupakan vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen
binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam
amino yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat
bertindak sebagai antigen. Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus
melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B
(Tizard, 1988).
Vaksin rekombinan
Vaksin
rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar. Gen virus
yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem
ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan
teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan
vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen
pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus
disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin
bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik (Tizard, 1988).
Vaksin DNA
Vaksin DNA (naked
plasmid DNA) , suatu pendekatan yang relatif baru dalam teknologi vaksin
yang memiliki potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen
tertentu dari mikroba diklon kedalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa
untuk meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan kedalam sel mamalia. Setelah
disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak
berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang
dikodenya. Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang
bersifat imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler (Tizard,
1988).
Beberapa
kelemahan vaksin DNA bahwa kemungkinan DNA dalam vektor plasmid akan
berintegrasi kedalam genom host/inang, kemungkinan akan menginduksi tumor atau
menginduksi terbentuknya antibodi terhadap DNA. Selain itu vaksin DNA dapat
menginduksi respon imun seluler yang kuat tidak hanya terhadap antigen mikroba
melainkan juga terhadap antigen inangnya. Penelitian lebih lanjut masih
diperlukan untuk mengetahui keamanan vaksin DNA yang efektif terhadap patogen
intraseluler (Tizard, 1988).
·
Pemberian
1. Tetes Mata
atau Hidung
2. Tetes Mulut
3. Air Minum
4. Injeksi atau
Suntikan
5. Tusuk Sayap
atau Wing Web
6. Semprot atau
Spray (Priyono.
2009)
III.
DAFTAR
PUSTAKA
Baratawidjaja,
K G., dan Iris Rengganis . 2010. Imunologi
Dasar. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Darwin, Eryati.
2012. Dasar Imunologi. Padang:
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Priyono. 2009. Mengenal Berbagai Macam Cara Vaksinasi Pada
Ternak Ayam Ras.
www.ilmupeternakan.com/2009/10/mengenal-berbagai-macam-cara-vaksinasi_15.html.
Diakses 29 februari 2012
Tizard. 1988. Pengantar
Imunologi Veteriner. Airlangga University Press : Surabaya
0 komentar:
Posting Komentar