Learning Objective
1. Bagaimana dan jelaskan:
a. Inisiasi partus
b. Ciri-ciri partus
c. Tahapan partus
d. Mekanisme hormonal
e. Penanganan
2. Bagaimana dan jelaskan:
a. Mekanisme hormonal pada proses laktasi
b. Cara membuat kolostrum buatan
Pembahasan
1. Bagaimana dan jelaskan:
a. Inisiasi partus
· Mekanisme Stimulasi Mekanik
Pengembangan uterus karena foetus yang makin besar menyebabkan peninggian sensivitas otot-otot uterus terhadap estrogen dan oxytocin. Argumentasi teori ini berkisar pada kenyataan bahwa foetus kembar lahir lebih cepat daripada foetus tunggal. Akan tetapi dua foetus dapat pula menghasilkan lebih banyak substansi penyebab kelahiran (Toelihere, 1981).
· Mekanisme Imunologik
Keseluruhan masa kebuntingan selama 114 hari pada babi dan 285 hari pada sapi mungkin diperlukan untuk mengembangkan respon imunologik terhadap foetus yang dianggap asing karena adanya kontribusi faktor paternal. Walaupun beberapa kelompok sel seperti sel-sel foetal di dalam mangkok-mangkok endometrium pada kuda ditolak oleh jaringan induk, namun tampaknya induk cukup terisoler secara imunologik dari foetus (Toelihere, 1981).
· Mekanisme Hormonal
Menurut teori ini partus diinduksi dengan peningkatan kadar estrogen dalam sirkulasi darah induk. Kadar progesteron memang menurun dan kadar estrogen meninggi pada akhir masa kebuntingan. Hal ini mungkin menggertak pelepasan oxytocin dari neurohypophysa dan menyebabkan kelahiran. Kemungkinan lain ialah gerakan dan dilatasi cervix dan vagina secara refleks menstimulir pelepasan oxytocin (Toelihere, 1981).
b. Ciri-ciri partus
Seiring dengan membesarnya perut, kelenjar mamari juga membesar dan mulai mensekresi zat yang menyerupai air susu. Dapat juga tibul pembengkakan (edema) pada dinding ventral abdomen kira-kira pada saat yang bersamaan dengan mulainya sekresi kelenjar mamari, terutama apabila ini adalah kebuntingan yang pertama. Vulva membengkak dan biasanya mengeluarkan mukus yang kental. Tanda-tanda yang lain berupa relaksasi dinding abdominal dan flanknya masuk dan perutnya kebawah. Dengan makin dekatnya saat kelahiran, ternak menjadi tidak bisa beristirahat, umumnya mengasingkan diri, merebahkan diri dan bangkit berulang kali, mengeluarkan urine sering kali, dan mulai nampak mengeluarkan tenaga. Anjing dan babi mulai membagun sarang sebelum mengeluarkan tenaga (Frandson, 1992).
Sebelum kelahiran hewan induk cenderung untuk berkelana sendiri dan terpisah dari kelompoknya untuk mencari tempat perteduhan. Hewab-hewan liar dapat bermukim di tempat perteduhannya berhari-hari, sering tanpa makan atau minum. Dengan mendekatnya partus pernapasan secara gradual dipercepat, kulit mengering, suara membesar, dan hewan menjadi tidak tenang. Sapi induk akan mendengus dan menggaruh-garuk tanah. Babi induk akan menjadi tidak tenang dan sering menggigit-gigit tembok dan pagar mencari jalan keluar. Di dalam kurungan , babi induk mencoba menutupi setiap lubang yang ada seperti tempat air dengan jerami (Toelihere, 1981).
Apabila betina dikagetkan sebelum partus, ia akan menjadi agresif, menandakan proteksi maternal. Terdapat perbedaan bangsa dan individu dalam derajat ketidak-tenangan menjelang partus. Induk yang sudah sering beranak kelihatannya lebih tenang daripada yang baru sekali beranak (Toelihere, 1981).
c. Tahapan partus
· Tahap Pertama/Stadium Persiapan
Adalah kontraksi uterin yang secara bertahap mendorong kantung air terhadap sisi uterin dari serviks, sehingga menyebabkannya berdilatasi (Frandson, 1992).
Ditandai oleh dilatasi cervix dan kontraksi otot-otot uterus longitudinal dan sirkuler. Gerakan ekspulsi ditujukan ke arah cervix. Permulaan timbulnya kontraksi ini memaksa cairan dan membran foetus terdesak ke cervix yang mengendor, dan menyebabkan dilatasi. Pada jenis ternak monotocus, kontraksi dimulai pada apex cornua, sedangkan bagian caudal tetap tenang. Pada memaliah polytocus, kontraksi dimulai tepat cranial dari foetus dekat cervix, dan uterus selebihnya tetap diam. Pada akhir stadium persiapan, cervix mengembang dan memungkinkan uterus dan vagina menjadi satu saluran yang kontinyu. Foetus dan chorioallantois dipaksa masuk ke pintu dalam pelvis dimana chorioallantois dipaksa masuk ke pintu dalam pelvis dimana chorioallantois pecah dan menyebabkan cairan allantois mengalir ke luar melalui vulva (Toelihere, 1981).
· Tahap Kedua/Stadium Pengeluaran Foetus
Adalah lewatnya bagian-bagian dari fetus melalui serviks ke dalam vagina dengan pecahnya satu atau kedua kantung air yang secara reefleks mengawali kontraksi otot-otot abdominal. Kombinasi antara kontraksi uterus dengan kontraksi abdominal akan mendorong fetus melintasi saluran kelahiran (Frandson, 1992).
Amnion yang terbentang bersama kepala dan bagian kaki depan terdorong masuk ke pintu dalam pelvis. Keadaan ini menimbulkan kontraksi refleks dan volunter dari diaphragma dan otot-otot perut. Kaki-kaki foetus di dalam amnion kini terlihat melalui vulva. Perjalanan foetus keluar melalui cervix ke vagina bersama pecahnya kantong amnion menimbulkan kontraksi-kontrkasi refleks yang mendorong foetus keluar melalui saluran kelahiran (Toelihere, 1981).
Pada ruminansia, foetus dikeluarkan sewaktu masih bertaut pada membran foetalis. Carunculae terus memberi oksigen dari induk walaupun waktu ekspulsi diperpanjang. Carunculae foetal terakhir tidak dibebaskan dari carunculae maternal sampai anak sudah dilahirkan. Jadi menjamin kelangsungan pemberian oksigen sampai anak tersebut sanggup bernapas sendiri. Pada babi dan kuda yang mempunyai placenta difusa, kebanyakan hubungan placental dirombak segera sesudah timbulnya stadium persiapan partus. Sudah seharusnya stadium kedua berlangsung lebih cepat atau foetus akan mati lemas (Toelihere, 1981).
· Tahap Ketiga/Stadium Pengeluaran Plasenta
Adalah pengeluaran plasenta (Frandson, 1992). Ekspulsi membran foetus adalah suatu proses aktif yang berhubungan dengan kontaksi uterus. Kontraksi peristaltik yang berasal dari apex uteri menyebabkan inversi chorioallantois, yang memperlancar ekspulsinya. Pelonggaran vili chorional dari crypta carunculae dapat menyebabkan pengeluaran banyak darah dari villi dan carunculae maternal oleh kontraksi uterus yang kuat yang terjadi selama pengeluaran foetus (Toelihere, 1981).
· Tahap Keempat/Stadium Involusi Uterus
Sesudah pengeluaran foetus dan placenta, uterus kembali ke ukurannya yang normal seperti sebelum bunting. Proses ini dinamakan involusi uteri dan dapat secara logik dianggap sebagai stadium keempat proses kelahiran. Untuk beberapa minggu sesudah partus, kontaksi uterus terjadi lebih sering daripada normal, kira-kira satu kontraksi setiap 3 menit selama hari pertama. Selama 3 sampai 4 hari berikutnya kontraksi uterus berkurang secara grandual sampai satu kontraksi setiap 10 sampai 12 menit. Maksud kontraksi ini adalah untuk memperpendek sel-sel uterus yang memanjang (Toelihere, 1981).
d. Mekanisme hormonal
Penaikan jumlah ACTH yang dilepaskan oleh adenohipofisis fetus. Hal tersebut kemudian, menaikkan sekresi steroid kelenjar adrenal. Meningginya kadar kortikosteroid pada fetus menyebabkan meningginya pelepasan prostaglandin (PGF2α) dari dinding uterin maternal. Prostaglandin kemudian memulai kontraksi miometrial setelah kadar progesteron menurun dan kadar estrogen menaik. Kadar estrogen yang tinggi merangsang kontraksi uterin. Prostaglandin dapat juga merangsang pelepasan oksitosin. Oksitosin disekresi oleh kelenjar neurohipofisis menyebabkan otot uterin berkontraksi (Frandson, 1992).
Kadar estrogen meninggi selama masa kebuntingan dan mencapai puncak konsentrasinya pada akhir kebuntingan (pada domba dan kambing) atau beberapa saat sebelum partus (pada sapi). Estrogen menyebabkan kontraksi myometrium secara spontan. Jadi estrogen dapat menghilangkan aksi hambatan progesteron atau mempunyai pengaruh langsung terhadap kontraktilitas myometrium (Toelihere, 1981).
e. Penanganan
· Perawatan Anak Hewan dan Induk Pasca Kelahiran
Pada kuda membersihkan moncong dan gerakan inspirasi . Jika gerakan pernafasan tertunda maka perlu memacu pernafasan dengan cara: upayakan kepala dan kaki depan lebih rendah, gosok-gosok dengan kain dadanya, kepala di geleng-gelengkan, lubang hidung di usap 2, Dengan bau 2 yang merangsang atau injeksi seperti adrenalin, coramine, metrazole atau picrotocine, pada anjing dan kucing, masukan ke air hangat dan dingin bergantian
· Desinfektan Tali Pusat
Jika lingkungannya bersih tali pusat tidak perlu didesinfektan. Yang lazim adalah yodium tincture, lar. sublimat dalam alkohol 0,1 %, asam tanat 5 %, asam salisilat 5 % dalam alkohol. Caranya ujung tali pusat direndam dalam larutan dan ditekan dengan kapas steril.
· Kolostrum
Anak hewan baru lahir harus mendapat kolostrum dalam waktu 1 – 2 jam. Zat kebal dalam kolostrum hanya dapat diabsorbsi dalam waktu 12 – 36 jam. Pemberian kolostrum sangat penting karena a). mengandung antibodi, b). sebagai laksative, c). mengandung protein 5 x, lemak dan mineral 2 x dan mineral 10 x dari susu biasa (Prihatno, 2012).
2. Bagaimana dan jelaskan:
a. Mekanisme hormonal pada proses laktasi
Estrogen terutama berkaitan dengan pengembangan sistem duktil pada tiap periode estrus dan sepanjang masa kebuntingan. Progesteron bersama-sama dengan estrogen diperlukan untuk pertumbuhan alveolar yang sempurna. Prolaktin, ACTH (Adenocorticotrophic hormon), STH (Somatotropin atau hormon pertumbuhan) dan TSH (Tyroid Stimulating Hormon) kesemuanya mempengaruhi fungsi mamae langsung maupun tidak langsung melalui sasaran organ yang bersangkutan, bersama-sama dengan keterlibatan tidak langsung dari FSH (Follicle Stimulating Hormon) dan LH (Luteinizing Hormon). Kemudian semua hormon dari adenohipofisis, disamping steroid ovari terlibat dalam pembentukan kelenjar mamae yang berkembang sempurna. Sebaliknya, pemberian tiroksin dan kortison nampaknya menghambat kelenjar mamae (Frandson, 1992).
Pada saat kelahiran progesteron turun sangat mendadak, seperti halnya kadar yang tinggi dari estrogen plasenta. Hal ini mendorong pelepasan prolaktin dari adenohipofisis dengan bekerja pada hipotalamus untuk melepaskan hambatannya terhadap prolaktin. Prolaktin, hormon pertumbuhan (STH), dan kortikoid adrenal adalah hormon-hormon esensial guna memulai laktasi. Kontraksi aktif dari sel-sel mioepitel di sekitar alveoli dan duktus yang lebih kecil guna ejeksi susu (pengeluaran susu). Sel-sel mioepitel berkontraksi ketika dirangsang oleh oksitosin, suatu hormon yang terdapat dalam neurohipofisis pituitari (Frandson, 1992).
Penggunaan stimulus berupa pengisapan (sukling) secara teratur dapat mempertahankan sekresi prolaktin pada tingkat yang tinggi, bersama hormon galaktopoetik yang lain kesemuanya terlibat dalam proses mempertahankan laktasi (Frandson, 1992).
b. Cara membuat kolostrum buatan
I. 500 ml susu murni
1 sendok teh minyak kastrol atau minyak ikan
1 butir kuning telur
250 ml air
II. 600 ml susu murni
0,5 sendok the minyak kastrol atau minyak ikan
1 butir kuning telur
300 ml air
(Bila perlu, ditambah dengan antibiotik) (Prihatno, 2012).
Daftar Pustaka
Frandson, R D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Prihatno, Surya Agus. 2012. Kuliah Pengantar Faal partus, puerpurium, EPP, Laktasi dan Pediatri. Yogyakarta: FKH UGM
Toelihere, Mozes R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung: Angkasa
0 komentar:
Posting Komentar