I. Learning Objective
1. Bagaimana proses preservasi semen dari koleksi sampai post-thawing motility? (menurut SNI)
2. Bagaimana metode dan prosedur IB yang baik?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan IB?
II. Pembahasan
1. Bagaimana proses preservasi semen dari koleksi sampai post-thawing motility? (menurut SNI)
1. Pemeriksaan semen segar
Setelah semen ditampung secepatnya di bawa ke laboratorium untuk diperiksa kualitas maupun kuantitasnya. Setiap semen yang diperiksa harus dicatat pada buku pemeriksaan dan ditentukan apakah semen tersebut dapat memenuhi syarat atau tidak untuk diproses menjadi semen beku. Pemeriksaan yang dilakukan adalah secara makroskopis dan mikroskopis. Standar gerakan massa yang dapat diproses adalah 2+ ke atas. Konsentrasi sperma dihitung dengan menggunakan alat spektrofotometer (Nilna, 2010).
2. Penyiapan Bahan Pengencer
Bahan pengencer disiapkan sehari sebelum digunakan diantaranya pengencer sitrat, air kelapa, tris, dll. Setiap bahan pengencer harus mampu melindungi sperma pada saat pendinginan dan selama glyserolisasi serta mampu mempertahankan daya hidup sperma.
Syarat bahan pengencer :
1. Murah, sederhana dan praktis dibuat
2. Harus mengandung unsur-unsur yang hampir sama sifat fisik dan kimiawinya dengan semen dan tidak boleh mengandung zat toksik atau zat racun baik terhadap sperma maupun alat reproduksi betina.
Sedangkan fungsinya adalah :
1. Menyediakan zat makanan sebagai sumber energi bagi permatozoa;
2. Melindungi sperma terhadap cold shock;
3. Menyediakan suatu penyanggah untuk mencegah perubahan pH;
4. Mempertahankan tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit yang sesuai;
5. Mencegah pertumbuhan kuman;
6. Memperbanyak volume semen.
v Cara membuat bahan pengencer :
- Lakukan desinfeksi pada tempat/meja dan jari-jari tangan dengan menggunakan alcohol 70%.
- Gunakan peralatan yang telah disterilisasi.
- Persiapan pada bahan baku :
a. Cek bahan-bahan yang akan digunakan dan letakkan diatas meja. Jangan letakkan bahan-bahan yang tidak akan diapakai diatas meja.
b. Timbang bahan-bahan dengan tepat.
c. Jangan lakukan penimbangan bahan-bahan sekaligus.
d. Lakukan pencampuran dengan cepat, pencampuran yang lambat dapat dapat menimbulkan reaksi kimia yang tidak diinginkan.
v Persiapan telur
a. Telur tidak dapat disterilisasi.
b. Gunakan telur yang masih segar
c. Cuci telur lalu lakukan desinfeksi dengan menggunakan alcohol 70%
d. Telur disimpan sebentar dalam lemari es dapat mepermudah pemisahan kuning telur dan putih telur.
e. Masukkan kuning telur ke dalam larutan yang sudah dipanaskan pada saat larutan bersuhu kurang dari 40ºC.
v Penyimpanan
a. Volume larutan yang besar memerlukan antibiotic yang lebih banyak.
b. Pindahkan larutan ke dalam tabung ukur.
c. Simpan larutan didalam lemari es pada suhu 4-5 ºC, tutup tabung dengan alumunium foil.
d. Larutan yang sudah disimpan didalam lemari es selama sehari akan memebentuk endapan (sendimen).
e. Supernatan yang dihasilkan, digunakan sebagai larutan pengencer A.
f. Endapan yang dihasilkan dari larutan yang disimpan selama 3 hari akan menjadi lebih padat sehingga supernatant akan lebih mudah diambil.
g. Supernatan yang sudah diambil (larutan pengencer A) dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es.
v Pembuatan pengencer B
a. Pengencer B adalah pengencer A yang sudah ditambah dengan 13% gliserin.
b. Buat pengencer B sehari sebelum digunakan (agar gliserin benar-benar terlarut dalam larutan A).
c. Beri tanda masing-masing tabung berisi pengencer A dan B.
v Penambahan larutan pengencer
· Perhitungan jumlah spermatozoa motil setelah thawing
a. Hitung data menggunakan computer
b. Hitung persentase spermatozoa motil setelah thawing minimal 40%
c. Jumlah spermatozoa motil minimal 12.000.000 (1 straw berisi 30.000.000).
· Perhitungan volume total
V.total (ml) = vol.semen (ml) x konsentrasi spermatozoa (jt/ml)
Konsentrasi spermatozoa pada 1 ml (cc)
· Perhitungan jumlah pengencer
Jumlah pengenceran = v. total (ml)
v. total semen yang diperoleh (ml)
· Perhitungan volume larutan pengencer A2 yang ditambahkan
V. Larutan pengencer =V.total (ml)- Σ V.semen(ml)+V.lar A1 (ml))
A2 yang ditambahkan 2
· Perhtiungan volume larutan pengencer B yang ditambahkan
V.larutan pengencer B yang ditambahkan (ml) = V.total (ml)
2
· Perhitungan dosis atau jumlah straw yang digunakan
Dosis = V.total (ml)
0,25
Contoh Perhitungan:
1. Volume total
Penampungan ke - | Volume Semen (ml) | Konsentrasi Spermatozoa ml) | Total konsentrasi spermatozoa |
1. 2. Total | 6.0 4.0 10.0 | 1.200.000.000 1.000.000.000 | 7.200.000.000 4.000.000.000 11.200.000.000 |
Volume total = 11.200.000.000 = 93.33 ml
30.000.000 x1/0.25
2. Jumlah pengenceran
Jumlah Pengencaran = 93 ml = 9.3 kali
10 ml
3. Volume larutan pengencer A2 yang ditambahkan
Lart. Pengencer A2 yang ditambahkan) =
93 ml - {(6 ml semen + 6 ml lar. A1) + (4 ml + 4 ml lar A1)} = 26.5
2
4. Volume pengencer B yang ditambahkan = 93 ml = 46.5 ml
2
5. Banyaknya dosis yang akan digunakan
Dosis = 93 ml = 372 dosis
0.25
Penambahan Pengencer A2 pada Semen
- Penambahan Pengencer A2
- Penambahan pengencer A2 sesuai dengan perhitungan yang sudah dilakukan
- Persiapan alat dan bahan :
a. Yang bias digunakan berulang-ulang : tabung ukur, gelas ukur, handuk.
b. Alat yang sekali pakai : labu elemeyer, glass filter]
c. Bahan : larutan pengencer A
- Saat penambahan pengencer A2 suhu larutan semen A1 harus 4-5 ºC (suhu larutan yang tinggi dapat menebabkan temperature shock pada spermatozoa)
- Penyaringan semen
- 50 menit kemudian dilakukan pencampuran dengan Part A Extra yang telah disiapkan dalam cool top;
- Setelah itu pencampuran dengan Part B dilakukan 4 kali (proses gliserolisasi) dengan interval 15 menit;
- Kurang lebih 2 ½ jam setelah pencampuran dengan Part B terakhir (5 jam setelah pencampuran dengan Part A primer), baru dilakukan proses pengisian semen ke dalam straw yang telah disiapkan sebelumnya (Nilna, 2010).
3. Printing Straw
Printing straw dilaksanakan bersamaan dengan waktu pengenceran setelah diketahui berapa jumlah straw yang akan dicetak. Straw yang akan diprinting atau dicetak diberi keterangan tentang jenis penjantan, nama penjantan, kode penjantan, batch number dan produsen semen beku tersebut (BIB Tuah Sakato). Jumlahnya tergantung dari banyaknya spermatozoa dalam ejakulasi.
Pengecekan bangsa pejantan dengan warna straw :
· Holstein : Abu-abu
· Limosin : Pink
· Simental : Putih tansparan
· Brahman : Biru tua
· Ongole : Biru muda
· Angus : Orange
· Brangus : hijau tua
· Bali : merah
· Madura : hijau muda
Melaksanakan printing straw :
1. Memasukan tinta ke dalam bak tinta pada mesin printing dan mengatur tebal tipisnya warna tinta yang disesuaikan dengan warna straw sehingga kontras (hitam atau putih);
2. Memasang kabel fiting ke stop kontak;
3. Menempelkan bull stamp (jenis, nama, kode pejantan, batch number dan BIB Tauh Sakato) pada roll besar dan mengatur jarak;
4. Memasukkan straw yang akan diprinting pada tempat straw;
5. Menjalankan mesin, mencoba dua atau tiga kali/straw untuk diprinting kemudian setelah straw tercetak bagus, mesin dimatikan dengan menekan saklar ke off;
6. Mengatur counter straw sesuai dengan jumlah straw yang dibutuhkan;
7. Menjalankan mesin dengan menghidupkan saklar ke on, mesin akan mati sendiri jika jumlah straw telah memenuhi sesuai dengan angka dalam counter;
8. Straw yang telah diprintingdi masukkan ke dalam kotak plastic dan disimpan di dalam coll top supaya dingin dan disiapkan untuk proses pengisian/filling (Nilna, 2010).
4. Filling & Sealing
Filling & Sealing adalah proses pengisian semen yang telah diencerkan ke dalam straw dengan menggunakan alat yang bekerja secara otomatis (mesin filling & sealing). Mesin tersebut secara otomatis memasukkan semen cair sebanyak 0,25 cc ke dalam straw dan menutup ujung straw dengan sumbat lab. Proses ini dilakukan di dalam cool top.
Melaksanakan Filling & sealing
1. Memasang jarum penghisap, jarum pengisi dan corong tempat semen (taper dish for semen) pada tempatnya;
2. Memasang straw yang telah diprinting sesuai dengan kode pejantan yang akan diproses;
3. Menjalankan mesin dan mengatur straw yang akan diisi;
4. Mengatur jarum supaya masuk ke dalam straw;
5. Memasukkan semen ke dalam corong semen yang tersedia;
6. Merubah handle posisi engage sehingga jarum penghisap dan pengisi tepat pada posisi 3 buah straw (jangan merubah handle sewaktu mesin masih berjalan);
7. Jalankan vacuum penghisap dengan menekan saklar dari off ke on, sehingga terdengar mesin berbunyi “tit”;
8. Mesin filling & sealing dijalankan;
9. Mengawasi straw yang sedang diisi, bila jepitnya kurang baik atau terisi, matikan mesin dengan menekan saklar dari on ke off;
10. Setiap mesin berhenti harus selalu pada posisi sedang menutup/menjepit straw (Nilna, 2010).
5. Freezing / Pembekuan Semen
Setelah dilaksanakan filling sealing, straw yang berisi semen cair disusun di atas rak dan dihitung jumlahnya, kemudian dibekukan. Proses pembekuan dilakukan di atas permukaan N2 Cair di dalam storage container dengan suhu -110 sampai dengan -120 0C selama 9 menit. Suhu tersebut diperoleh bila straw yang disusun di atas rak ditempatkan kurang lebih 4 cm di atas permukaan N2 cair. Jumlah maksimum straw yang dapat dibekukan dalam satu kali pembekuan (9 menit) adalah 550 straw. Setelah dibekukan semen beku disimpan di dalam storage container yang berisi N2 cair. Jumlah yang didapat dan tempat penyimpanan dicatat di dalam buku pejantan (Nilna, 2010).
2. Bagaimana metode dan prosedur IB yang baik?
Inseminasi atau deposisi semen ke dalam saluran reproduksi ternak betina merupakan salah satu langkah akhir dalam kegiatan insemi-nasi buatan. Pencurahan semen ke dalam saluran reproduksi ternak betina mamalia dilakukan dengan maksud agar sel telur yang diovu-lasikan ternak betina tersebut dapat dibuahi oleh sperma sehingga ternak betina menjadi bunting dan melahirkan anak. Sedangkan pada ternak unggas betina supaya menghasilkan telur fertil yang selanjutnya dapat ditetaskan. Inseminasi/ deposisi semen harus dilaksanakan pada saat yang tepat, yaitu pada saat ternak betina (mamalia = sapi, domba, kerbau, dsb) itu sedang dalam puncak berahi. Sedangkan pada ternak unggas dilakukan pada ternak betina yang sedang berada dalam periode bertelur.
Inseminasi/ deposisi semen pada ternak mamalia besar (sapi, kerbau) dilakukan dengan metode recto-vaginal.
Inseminasi/ deposisi semen pada ternak mamalia kecil (domba, kambing) menggunakan metode vaginoscope atau speculum.
Inseminasi/ deposisi semen pada ternak unggas betina dilakukan dengan metode pengurutan untuk mencuatkan vagina keluar dari rongga kloaka.
Semen yang diinseminasikan dapat dalam bentuk semen cair atau semen beku. Aplikator (alat untuk menyampaikan semen) atau insemination gun untuk semen cair berbeda dengan untuk semen beku (Kartasudjana, 2001).
v Inseminasi pada Ternak Sapi
a. Persiapan Petugas (Inseminator)
· Guntinglah kuku jari-jari tangan (terutama yang sebelah kiri) sampai pendek. Haluskan ujungnya menggunakan kikir.
· Periksa apakah ada luka di lengan kiri atau tidak. Kalau ada luka, siapkan sarung tangan plastik panjang.
· Yakinkan bahwa sapi betina yang sedang berahi tersebut tidak sedang bunting dan betul-betul berahi. Lihat catatan perkawinan ternak tersebut dan lihat pula tanda-tanda aksteriornya, terutama bagian vulvanya. Sapi betina yang sedang berahi vulvanya tampak membengkak, basah, berwarna merah, dan mengeluarkan lendir jernih kental. Temperamennya agak gelisah tetapi tenang ketika tubuhnya diusap-usap.
b. Pelaksanaan Kerja
· Kenakan werkpack dan sepatu kandang
· Tempatkan sapi betina yang sedang berahi pada kandang kawin. Ikat dengan baik.
· Singsingkan lengan baju sebelah kiri. Apabila ada luka, kenakan sarung tangan plastik.
· Lumuri tangan kiri sampai batas sikut dengan larutan kanji encer atau busa sabun.
· Hampiri sapi betina dari arah depan atau samping lalu sentuh/tepuk bagian tubuhnya supaya ternak tersebut mengetahui keberadaan kita dan tidak kaget sewaktu kita mulai bekerja.
· Berdiri menghadap bagian belakang sapi dari arah belakang dengan posisi menyerong ke sebelah kanan sekitar 30o – 45o dari poros tubuh sapi. Kaki kiri berada sekitar ¾ langkah di depan kaki kanan sehingga membentuk kuda-kuda yang kokoh tetapi luwes.
· Tepuk-tepuk bagian bokong sapi (sedikit di bagian atas ekor) kiri dan kanan untuk melihat reaksi kaki belakang sapi tersebut.
· Pegang pangkal ekor sapi dengan tangan kanan, bengkokan ke arah kanan.
· Pertemukan kelima jari tangan kiri sehingga membentuk kerucut, kemudian masukkan ke dalam lubang anus (rektum) sapi sampai pergelangan tangan melewatinya. Apabila di dalam rongga rectum terdapat banyak kotoran, keluarkan.
· Setelah merasa bahwa tangan kiri dapat leluasa berada di ruang rectum, arahkan telapak tangan kiri tersebut ke dasar rectum. Cari bagian saluran reproduksi yang berdinding tebal, yaitu cervix uteri. Tempatkan cervix uteri tersebut dalam genggaman telapak tangan kiri dengan jalan menyodokkan empat jari (telunjuk sampai kelingking) ke bawah cervix uteri.
· Setelah cervix uteri teraba, telusuri saluran reproduksi bagian depannya, apakah tanduk uterus kiri dan kanan sama besar atau salah satu lebih besar dari yang lain. Apabila salah satu lebih besar dari yang lain, hewan tersebut kemungkinan sedang bunting dan jangan diinseminasi. Apabila kedua tanduk uterus sama besar, maka hewan tersebut tidak bunting dan perlu diinseminasi. Keluarkan tangan kiri dari dalam rectum. Lepaskan sarung tangan atau bersihkan taangan kiri tersebut dengan air.
· Siapkan insemination gun. Lepaskan bagian penusuknya dari batang utama. Usap batang penusuk dan batang utama dengan kapas yang telah dibasahi alkohol 70 %. Teteskan alkohol ke dalam lubang batang utama. Biarkan beberapa lama, lalu kibaskan agak kuat agar bagian dalam batang utama tersebut bebas dari alkohol. Teteskan larutan NaCl Fisiologis untuk menetralisir alkohol dalam lubang batang utama.
· Masukkan batang penusuk ke dalam batang utama. Sisakan kirakira sepanjang straw.
· Buka penutup container nitrogen cair dan angkat satu canister. Ambil satu straw menggunakan pinset dan segera kembalikan posisi canister.
· Rendam straw dalam air suam-suam kuku sambil digosok-gosok dengan kedua telapak tangan. Angkat dan keringkan menggunakan kertas tissue.
· Masukkan straw ke dalam lubang, dari ujung depan, batang utama insemination gun, sampai mentok. Gunting ujung straw pada batas kira-kira ½ cm dari ujung insemination gun. Tutup/bungkus batang insemination gun dengan plastic sheet, dan kuatkan pertautannya menggunakan cincin yang sudah tersedia. Inseminasi siap dilakukan.
· Lumuri lagi tangan kiri dengan larutan kanji encer atau busa sabun, masukkan ke dalam rectum dan lakukan penggenggaman cervix uteri. Setelah cervix uteri tergenggam, masukkan insemination gun secara hati-hati ke dalam vagina sapi betina. Arahkan ujung insemination gun ke mulut saluran cervix.
· Luruskan arah insemination gun melewati saluran cervix dengan bantuan tangan kiri menggerak-gerakan cervix dan tangan kanan mendorong insemination gun secara hati-hati sampai ujung insemination gun melewati seluruh panjang saluran cervix. Hentikan dorongan tangan kanan ketika ujung insemination gun sudah keluar dari servix uteri (memasuki corpus uteri) kira-kira 1 – 2 cm.
· Curahkan semen perlahan-lahan dengan jalan mendorong batang penusuk insemination gun sampai habis. Pencurahan semen selesai. Insemination gun ditarik keluar vagina dan tangan kiri melakukan sedikit pijatan pada corpus dan cervix uteri untuk merangsang gerakan saluran reproduksi sapi betina agar semen terdorong ke bagian depan saluran reproduksi betina.
· Keluarkan tangan kiri dari dalam rectum. Lepaskan plastic sheet dan straw kosong dari insemination gun, buang ke tempat sampah
· Bersihkan insemination gun menggunakan kapas beralkohol. Cabut batang penusuknya, lalu tetekan alkohol ke dalam lubang batang utama. Simpan kembali ke tempatnya.
· Catat dalam buku kerja inseminator kegiatan tersebut dan pada buku catatan reproduksi sapi betina yang bersangkutan. Informasi yang harus dicatat adalah :
-Tanggal pelaksanaan inseminasi
- Nomor register ternak betina
-Perkawinan ke berapa bagi ternak betina tersebut.
-Nomor pejantan dan kode produksi semen (Kartasudjana, 2001).
v Inseminasi pada Ternak Domba/Kambing
· Tempatkan domba betina yang akan diinseminasi.
· Sisipkan speculum atau vaginoscop bersih yang sudah diberi pelicin vaselin putih pada lubang vagina.
· Masukkan insemination gun yang sudah berisi semen (cair atau beku) ke dalam vagina.
· Gunakan lampu kepala untuk melihat lubang saluran cervix sehingga ujung insemination gun dapat diarahkan dengan pasti memasuki saluran cervix uteri.
· Dorong pelan-pelan insemina-tion gun ke depan sampai melewati saluran yang ditandai dengan hilangnya hambatan
· Curahkan semen ke dalam saluran reproduksi domba betina pelan-pelan .
· Cabut insemination gun dari vagina.
· Lakukan pencatatan kegiatan kerja (Kartasudjana, 2001).
v Inseminasi pada Ternak Ayam
· Inseminasi pada ayam dilaksanakan pada sore hari, sekitar pukul 15.00 – 16.00, dengan alasan pada sore hari ayam betina sudah bertelur dan uterusnya kosong. Pada kondisi uterus kosong, vagina dapat dicuatkan keluar rongga kloaka. Sedangkan kalau uterusnya berisi telur, vagina tidak dapat dicuatkan keluar.
· Inseminasi dilakukan oleh dua orang petugas. Satu orang memegang ayam betina dan bertugas mengeluarkan vagina dari rongga kloaka, satu orang lagi melakukan penyisipan insemination gun dan melepaskan/ mencurahkan semen.
· Inseminasi pada ayam dilakukan menggunakan semen cair. Aplikator untuk menyampaikan semen dapat menggunakan pipet injeksi tuberculin yang memiliki volume 1 ml.
· Ayam betina dipegang oleh petugas pertama sambil duduk. Ayam betina diurut punggungnya (seperti peng-urutan ayam jantan ketika penam-pungan semen). Ketika ayam mere-gang, lakukan penekanan bagian pu-bis ke arah depan sehingga ayam merejan dan mencuatkan vaginanya. Tekanan dipertahankan supaya vagina tertahan.
· Petugas kedua memasukkan pipet yang sudah berisi semen ke dalam lubang vagina. Pipet diputar sambil didorong sampai kedalaman 2 – 3 cm. Ketika kedalaman tersebut sudah tercapai, petugas pertama melonggarkan tekanan pada bagian pubis, dan petugas kedua menekan pompa pipet injeksi sehingga semen tercurah.
· Pelonggaran tekanan harus dilakukan karena pada kondisi tulang pubis ditekan kuat, ayam merejan yang akan mengakibatkan adanya tekanan balik dari tubuh ayam dan semen yang dicurahkan akan dimuntahkan kembali.
· Sperma yang diinseminasikan akan bertahan sampai beberapa hari di dalam saluran reproduksi ayam betina dan membuahi beberapa butir (Kartasudjana, 2001).
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan IB?
· Kelebihan inseminasi buatan:
a. Mempertinggi penggunaan pejantan-pejantan unggul.
b. Pada peternak kecil. Tidak perlu susah-susah memelihara pejantan dan biaya untuk memelihara pejantan dapat dapat dipakai untuk membeli hewan lagi.
c. Pejantan-pejantan yang dipakai dalam inseminasi buatan telah diseleksi secara teliti dan ilmiah dari hasil perkawinan betina-betina dengan pejantan unggul.
d. Mencegah penularan penyakit veneralis, karena tidak ada kontak kelamin sewaktu perkawinan dan pejantan yang digunakan bebas dari penyakit.
e. Semen yang berkualitas tinggi dapat menurunkan jumlah betina yang kawin berulang.
f. Memungkinkan perkawinan antar hewan yang sangat berbeda ukuran besarnya tanpa menimbulkan cedera.
g. Memperpanjang waktu pemakaian pejantan, yang secara fisik tidak dapat berkopulasi secara normal.
h. Dapat dipakai untuk menghasilkan hibrid atau persilangan antara jenis-jenis hewan yang tidak kawin secara sukarela.
i. Menstimulir interese yang lebih tinggi dalam berternak dan praktek manajemen yang lebih baik.
j. Memungkinkan perkawinan antara hewan yang terpisah dalam waktu dan tempat (Toelihere, 1993; Rizal, 2008).
· Kekurangan inseminasi buatan:
a. Diperlukan pelaksana yang terlatih baik dan terampil untuk melaksanakan penampungan, penilaian, pengenceran, pembekuan, dan pengangkutan semen dan inseminasi pada hewan betina untuk mencegah penyebaran penyakit veneralis.
b. Penggunaan seekor pejantan yang terus menerus dapat menimbulkan inbreeding yang merugikan.
c. Inseminasi intra-uterin pada sapi yang bunting dapat menyebabkan abortus.
d. Tidak dapat digunakan dengan baik pada semua jenis hewan (Toelihere, 1993; Rizal, 2008).
III. Daftar Pustaka
Nilna. 2010. Standar Operasional Pekerjaan Prosesing Semen. Sumatra Barat: Pengawas Mutu Bibit Ternak pada Dinas peternakan
Toelihere, Mozes R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Bandung: Angkasa
Rizal, Muhammad. 2008. Inseminasi Buatan Pada Domba. Jakarta: Rineka Cipta
Kartasudjana, Ruhyat. 2001. Teknik Inseminasi Buatan Pada Ternak. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah kejuruan
0 komentar:
Posting Komentar