Learning Objective
1. Bagaimana proses spermatogenesis dan mekanisme hormonalnya?
2. Apa saja komposisi semen?
3. Bagaimana metode koleksi semen beserta kelebihan dan kekurangannya?
4. Bagaimana cara evaluasi semen?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi kualitaas dan metabolisme semen?
Pembahasan
1. Bagaimana proses spermatogenesis dan mekanisme hormonalnya?
A. Spermatogenesis
Dibagi atas 4 tahap yaitu:
· Tahap proliferasi, dimulai sejak sebelum lahir sampai beberapa waktu setalah lahir. Bakat sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubulus seminiferus melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai mengahasilkan banyak spermatogonia. Ada dua tipe spermatogonia, yaitu tipe A dan B. Tipe A selalu membagi diri dengan pembelahan mitosis menghasilkan sel spermatogonia tipe A dan B, sedangkan spermatogonia tipe B membelah menjadi 2 spermatosit primer.
· Tahap tumbuh, pada tahap ini spermatogonia membagi diri secara mitosis sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 spermatosit primer. Lama periode ini 15-17 hari.
· Tahap menjadi masak, terjadi pembelahan miosis sehingga sel spermatosit primer berubah menjadi spermatosit sekunder dan jumlah kromosom menjadi separonya. Periode ini berjalan selama 15 hari. Beberapa jam kemudian spermatosit sekunder akan berubah menjadi spermatid.
· Tahap transformasi. Pada tahap ini terjadi proses metamorfosa seluler dari sel spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa atau sel mani. Periode ini membutuhkan waktu 15 menit, dari 1 sel spermatogonium akan terbentuk 64 buah sel mani (Hardjopranjoto, 1995)
B. Mekanisme Hormonal à
2. Apa saja komposisi semen?
A. Sperma
B. Plasma Semen
Terdiri dari natrium, kalium, buffer citrat dan bikarbonat, Fruktosa sebagai sumber makanan bagi sperma, mucoprotein, peptida, asam-asam amino bebas, lipida, asam-asam lemak, vitamin-vitamin, beberapa enzim, antiaglutinin, Sorbitol, inositol, glycerylphosphoryl-choline (GPC), ergothioneine, prostaglandin pada jantan berfungsi untuk pengosongan kelenjar-kelenjar prostata dan vesikularis ketika kopulasi, pada betina untuk menggertak kontraksi myometrium yang secara pasif membantu pengangkutan semen ke tempat pembuahan di tuba fallopi (Toelihere, 1981)
3. Bagaimana metode koleksi semen beserta kelebihan dan kekurangannya?
A. Post-Coitus
· Prinsip: Dengan cara mengambil langsung sperma sesudah perkawinan alami dengan spons, sendok, tampon dll
· Kelebihan: Sangat Mudah
· Kekurangan: Sperma tercampur dengan cairan dalam vagina sehingga dapat menyebarkan penyakit, kualitas sperma yang didapat tidak baik karena kotor (Toelihere, 1993)..
B. Masase
· Prinsip: Dengan cara mengurut kelenjar-kelenjar vasikula seminalis dan ampula dari depan ke belakang.
· Kelebihan: Dapat digunakan untuk pejantan yang impoten, tidak sanggup berkopulasi secara alam, atau tidak dapat melayani vagina buatan.
· Kelemahan: Semen berkualitas rendah karena terkontaminasi dengan jasad-jasad renik pada prepotium, sekresi kelenjar accesoris yang tinggi, dan mebutuhkan keahlian teknisi (Toelihere, 1993)..
C. Vagina buatan
· Prinsip: Dengan alat yang mirip dengan vagina pada betina. Hewan dibiarkan mounting pada teaser, lalu penis diarahkan ke dalam vagina buatan dan semen ditampung.
· Kelebihan: Kualitas semen yang dihasilkan lebih baik dari metode post-coitus, masase dan elektroejakulasi.
· Kelemahan: Membutuhkan pejantan yang mempunyai libido yang tinggi, dan dapat menaiki betina (Toelihere, 1993)..
D. Elektroejakulasi
· Prinsip: Stimulasi sumsum tulang belakang antara lumbal keempat dan sakral pertama dengan memasukkan satu elektoda kedalam rektum.
· Kelebihan: Dapat digunakan untuk sapi-sapi unggul, tetapi pincang, lumpuh, cedera, lamban, impoten, dan tidak sanggup menaiki pemancing. Kualitas semen yang dihasilkan lebih baik daripada metode post-coitus dan masase.
· Kelemahan: Kualitas semen yang dihasilkan masih dibawah metode vagina buatan karena lebih banyaknya sekresi dari kelenjar pelengkap (Toelihere, 1993). Membutuhkan alat elektoejakulator yang masih sulit didapat
4. Bagaimana cara evaluasi semen?
A. Pemeriksaan Makro
· Volume
Sifat | Sapi | Domba | Babi | Kuda |
Jumlah penampungan/minggu | 1-6 | 7-25* | 2-5 | 2-6* |
Volume (ml) | 5-8 | 0,8-1,2 | 150-200** | 60-100 |
Konsentrasi (juta/ml) | 1000-1800 | 2000-3000 | 200-300 | 100-150 |
Jumlah sperma/ejakulat | 4,8 | 3,0 | 37,5 | 8,4 |
pH | 6,8 | 6,8 | 7,4 | 7,4 |
Sperma motil (%) | 65 | 75 | 70 | 65 |
Sperma morfologik normal (%) | 85 | 90 | 80 | 80 |
*Satu dua hari istirahat/minggu. **Volume tanpa bahaan gelatinous (Toelihere, 1993).
· Warna
Hewan | Warna |
Sapi dan domba | Kental berwarna krem |
Kuda dan babi | Encer berwarna terang |
(Toelihere, 1993).
· Konsistensi
Warna | Konsentrasi |
Krem | 1-2 milyar sel/ml |
Susu Encer | 500-600 juta sel/ml |
Berawan | 100 juta sel/ml |
Jernih | <50 juta sel/ml |
(Toelihere, 1993).
B. Pemeriksaan Mikro
· Gerakan Masa
Kualitas | Simbol | Ciri-ciri |
Sangat baik | +++ | Terlihat gelombang-gelombang besar, banyak, gelap, tebal, dan aktif bagaikan gumpalan awan hitam dekat waktu hujan yang bergerak cepat berpindah-pindah |
Baik | ++ | Terlihat gelombang-gelombang-gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas, dan bergerak lamban |
Lumayan | + | Tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan-gerakan individual aktif progresif |
Buruk | N (necrospermia atau O) | Hanya sedikit atau tidak ada gerakan individual |
(Toelihere, 1993).
· Motilitas Individual
Nilai | Ciri-ciri |
0 | Spermatozoa imotil atau tidak bergerak |
1 | Gerak berputar di tempat |
2 | kurang dari 50% bergerak progresif |
3 | Antara 50-80% spermatozoa bergerak progresif |
4 | Pergerakan progresif yang gesit dengan 90% sperma motil |
5 | Gerakan yang sangat progresif, menunjukkan 100% motil aktif |
(Toelihere, 1993).
· Konsentrasi
a. Dengan Menghitung Jarak antar Kepala Sperma
Nilai | Jarak Antar Kepala Sperma | Konsentrasi |
Densum (D) atau padat | Kurang dari panjang 1 kepala | 1000-2000 juta sel/ml |
Semidensum (SD) atau sedang | Sama dengan penjang 1-1,5 kepala | 500-1000 juta sel/ml |
Rarum (R) atau jarang | Melebihi panjang kepala atau sama dengan panjang seluruh sperma | 200-500 juta sel/ml |
Oligospermia (OS) atau sedikit sperma | Memiliki panjang seluruh sperma atau lebih | <200 juta sel/ml |
Aspermia | Tidak terlihat sperma dalam semen | Tidak ada sperma |
(Toelihere, 1993).
b. Dengan Hemocytometer
o Hisap semen pada tanda 0,5, hisap sedikit gelembung udara
o Hisap pengencer (NaCl 0,9%) sampai tanda 1,01
o Buang 4-5 tetes
o Tempatkan gelas penutup pada bulik hitung, teteskan campuran semen pada tepi gelas penutup dan biarkan menyebar
o Hitung dengan mikroskop dengan pembesaran 100x
o Ada 5 kotak besar, Setiap kotak besar dibagi-bagi menjadi 25 kotak kecil. Penghitungan dilakukan pada 4 kotak kecil disetiap sudut dan 1 kotak kecil di tengah. Bisa juga menggunakan pola diagonal.
o Hitung dengan teknik membentuk huruf L, jumlah sperma terhitung dikalikan 1 juta/ ml (Toelihere, 1993).
c. Kolorimeter Fotoelektrik
Memperkirakan turbiditas atau kepekatan optik suatu semen. Fotoelektrik memungkinkan pengukuran sejumlah berkas sinar yang diarahkan dan diabsorpsi oleh suatu standar volume semen yang diencerkan (pengencer: sitras natricus 1:40) (Toelihere, 1993)..
· Pewarnaan Hidup Mati
Dengan zat warna eosin-negrosin. Eosin akan mewarnai sperma yang mati menjadi merah atau merah muda karena permebilitas dinding sel sperma membesar ketika mati, sedangkan sperma yang hidup tetap tidak berwarna. Negrosin memberi latas belakang biru-hitam.
· Morfologi sperma
Dengan pewarnaan dengan tinta cina atau eosin-negrosin. Dapat diketahui sperma yang normal dan abnormal.
· Pengukuran aktifitas Metabolik
a. Peubahan derajat keasaman
b. Pengikatan oksigen
c. Indeks Fruktolisa
d. Reduksi Biru Methylen
e. Resistensi Spermatozoa (Toelihere, 1993).
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas dan metabolisme semen?
· Makanan
· Suhu dan Musim
· Frekuensi Ejakulasi
· Libido dan Faktor-Faktor Psikhik
· Penyakit
· Pengangkutan
· Metode Koleksi
· Umur
· Herediter
· Gerak badan (Toelihere, 1993).
Daftar Pustaka
Hardjopranjoto, Soehartojo. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Surabaya: Airlangga University Press
Toelihere, Mozes R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung: Angkasa
Toelihere, Mozes R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung: Angkasa
0 komentar:
Posting Komentar