Homeostasis Pada Sistem Uropoetika

I. Learning Objective
1. Bagaimana peran ren terhadap homeostasis?
2. Bagaimana mekanisme pembentukan dan ekskresi urin?
3. Apa saja komponen-komponen dalam urin?
4. Bagaimana kerja hormon pada sistem uropoetika?
5. Apa saja parasit pada sistem uropoetika?

II. Pembahasan
1. Bagaimana peran ren terhadap homeostasis?
A. Pengaturan Asam Basa
Ginjal berperan dalam regulasi asam basa cairan tubuh dengan mengontrol (HCO3-). pH normal urine adalah sekitar 6, tetapi dapat berkisar antara 4,5 sampai 8 dalam keadaan kompensasi terhadap asidosis dan alkalosis.
- Fungsi dalam keadaan normal
Dalam keadaan normal ion-ion H+ disekresi kedalam filtrate dari sel-sel epitel dari duktus pengumpul dan tubulus distalis dan proksimalis. Ini merupakan hasil dari CO2 yang di produksi secara metabolis dan H2O yang membentuk H2CO3, yang kemudian mengalami desosiasi menjadi HCO3- dan H+. Sekitar 85% dari sekresi ion H+ ini, dan pemulihan dari HCO3- terjadi di tubulus proksimal, dan dimana H+ disekresikan sebagai ganti Na+ di reabsorbsi dan H+ dieliminasi untuk mencegah akumulasi asam.
H+ yang disekresikan membentuk H2CO3 didalam cairan tubular, tetapi kemudian mengalami desosiasi menjadi CO2 dan H2O. CO2 kemudian berdifusi kembali ke dalam sel, dan kelebihannya kemudian berdifusi kembali ke dalam darah, yang akhirnya dapat dihembuskan ke luar ketika sampai di paru-paru. Sementara itu HCO3 terbentuk di dalam sel, dan Na+ direasorpsi dari filtrate dan dikembalikan ke dalam darah guna mempertahankan rasio HCO2 : CO2 yang tetap seimbang.

- Fungsi di dalam Alkalosis dan Asidosis
Ketika seekor hewan mengalami alkalosis, konsentrasi ion bikarbonat [HCO3-] meningkat dalam hubungannya dengan [CO2],hal ini berarti bahwa pH dari cairan tubuh telah meningkat. Oleh karena itu ginjal akan menyaring lebih banyak HCO3- dari pada ion H+ untuk disekresikan kedalam tubulus. Kelebihan HCO3- akan menggabung dengan ion positif dan diekskresikan kedalam urine. Hal ini menyebabkan urine menjadi lebih basa dan menurunkan bagian HCO3- dari sistem HCO3 : CO2. Selanjutnya menurunkan pH cairan tubuh kembali ke tingkat normal.
Dalam keadaan asidosis, ada peningkatan relative dari [Co2] dan oleh karena itu terjadi penurunan relative dari [HCO3-]. Akibatnya, ini berarti bahwa lebih banyak asam yang ada, yang ditunjukan oleh ion [H+]. Ginjal melakukan kompensasi dengan mensekresikan lebih banyak H+ ke dalam filtrate dibandingkan dengan HCO3 yang disaring. Penaikan sekresi H+ terjadi kerena kelebihan CO2 didalam kapiler peritubular berdifusi ke dalam sel-sel tubular, untuk membentuk H2CO3, yang kemudian berdisosiasi menjadi HCO3- dan H+ yang baru. HCO3- yang baru itu berdifusi kembali ke dalam darah untuk menaikkan sistem buffer, dan Na+ juga direasorpsi untuk menukar H+ yang di sekresi. Pengaruh neto adalah suatu penaikan [HCO3-] darah dan penurunan [CO2] darah. Hal ini meningkatkan pH dari cairan ekstraseluler kembali kearah normal.
H+ yang disekresikan kedalam cairan pada tubulus, diekskresikan melalui dua jalan, yaitu tergabung dengan Na dan HPO4- dan membentuk monobasic sodium phosphate yang kemudian di ekskresikan lebih sering, melalui cara yang kedua, yaitu bergabung dengan ammonia (NH3) dan membentuk ion ammonium (NH¬4+), yang kemudian dapat berkombinasi dengan ion klorida atau sulfat dan disekresi di dalam urine, khususnya sebagai ammonium klorida. Dalam kedua cara itu, pengaruh netonya adalah berupa eliminasi ion hydrogen, yang datang secara langsung dari kelebihan CO2, dan mwmproduksi lebih banyak HCO3- untuk darah guna menaikan pH (Frandson, 2003).
B. Sekresi Ion
Ginjal juga mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah. Selain itu, ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8. Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses homeostasis yang melibatkan aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi.Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal pada kelenjar pituitari dengan umpan balik negatif. Kelenjar pituitari mensekresi hormon antidiuretik vasopresin, untuk menekan sekresi air, sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Akibatnya, konsentrasi cairan jaringan akan kembali menjadi 98 persen (Taslim, 2008).
Fungsi pemindahan ini terdapat dalam tubulus proksimal yaitu mengambil dan memindahkan ion organic dan disekresikan ke cairan tubulus. Ion organic ini termasuk endogenous produk sisa dan exogenous drugs dan racun. Ion organic seperti garam, oxalate, urate, creatinine, prostaglandin, epinephrine dan hipurates merupakan sisa produk endogen yang disekresikan ke cairan tubulus proksimal (Guyton, 1996).
Urine terbentuk dalam ginjal dan membuangnya dari tubuh lewat saluran. Urine terdiri dari 98% air dan yang lainnya terdiri dari pembentukan metabolisme nitrogen (urea, uric acis, creatinin dan juga produk lain dari metabolisme protein (Bykov, 1960). Urine biasanya bersifat kurang asam dengan pH antara 5 – 7 (Kimber, 1949). Urine yang sehat gaya beratnya berkisar 1.010 – 1.030, tergantung perbandingan larutan dengan air. Banyaknya urine yang dikeluarkan dalam 1 hari dari 1.200 – 1.500 cc (40 – 50 oz). Sedangkan pada anak – anak dalam 1 hari urine yang dikeluarkan :
1. 6 bulan – 2 tahun 18 – 20 oz
2. 2 – 5 tahun 16 – 26 oz
3. 5 – 8 tahun 20 – 40 oz
4. 8 – 14 tahun 32 – 48 oz
(Ganong, 2001)
C. Mekanisme Umpan Balik Penyeimbangan Cairan Dalam Tubuh
Diantara kemungkinannya ialah:
1. Apabila banyak garam dalam badan dan kurang air
2. Apabila kurang garam dalam badan dan banyak air
Apabila kadar garam lebih dari julat normal dan kurang air dalam badan, tekanan osmosis darah akan meningkat, osmoreseptor pada hipotalamus akan terangsang kemudian kelenjar hipofisis akan dirangsang lebih aktif untuk mensekresikan hormon ADH (antidiuretik) untuk meningkatkan permeabilitas tubulus ginjal terhadap air, kelenjar (hormon aldosteron) akan kurang dirangsang, maka lebih banyak air diserap dan kurang ion natrium dan ion kalsium diserap kembali masuk dalam tubuh, tekanan osmosis darah akan turun, proses ini akan berulang sehingga tekanan osmosis darah pada jumlah normal ( Anonim, 2008 ).
Apabila kadar garam lebih rendah dari jumlah normal dalam tubuh dan lebih banyak air dalam tubuh, tekanan osmosis darah akan menurun, osmoreseptor pada hipotalamus akan terangsang kemudian kelenjar pituitari akan kurang dirangsang untuk mensekresikan hormon ADH (antidiuresis) untuk mengurangi permeabilitas tubulus ginjal terhadap air, kelenjar adrenal (hormon aldosteron) akan dirangsang dengan lebih aktif, maka lebih sedikit air diserap dan lebih sedikit juga natrium dan kalsium diserap kembali masuk dalam tubuh, tekanan osmosis darah akan naik, proses ini akan berulang sehingga tekanan osmosis darah berada pada jumlah normal (Wikipedia, 2008 ).

2. Bagaimana mekanisme pembentukan dan ekskresi urin?
1. Penyaringan ( Filtrasi )
Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur spesifik dibuat untuk menahan komonen selular dan medium-molekular-protein besar kedalam vascular system, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Di mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol eferen yang meninggalkan glomrerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endothelium capiler, membrane dasar, epiutelium visceral. Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau fenestrate (Guyton, 1996).
Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada karena molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi ( filtration barrier ) bersifat selektiv permeable. Normalnya komponen seluler dan protein plasmatetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring (Guyton, 1996).
Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk (electric charged ) dari sretiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation ( positive ) lebih mudah tersaring dari pada anionBahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein (Guyton, 1996).
2. Penyerapan ( Absorsorbsi)
Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tiak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan ( substance ) dibawa oleh sel dari cairn tubulus melewati epical membrane plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati basolateral membrane plasma.
Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur paraseluler bergerakdari vcairan tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur permeable yang mendempet sel tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus proksimal terjadi transport Na melalui Na, K pump. Di kondisi optimal, Na, K, ATPase pump manekan tiga ion Na kedalam cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar difusi K melalui canal K membuat sel polar. Jadi interior sel bersifat negative . pergerakan Na melewati sel apical difasilitasi spesifik transporters yang berada di membrane. Pergerakan Na melewati transporter ini berpasangan dengan larutan lainnya dalam satu pimpinan sebagai Na ( contransport ) atau berlawanan pimpinan ( countertransport ) (sherwood, 2001).
Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini ( secondary active transport ) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat, dan organic anion. Pengambilan active substansi ini menambah konsentrasi intraseluler dan membuat substansi melewati membrane plasma basolateral dan kedarah melalui pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi gradient Na (sherwood, 2001)
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali (Sherwood, 2001).
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal (Sherwood, 2001).
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat (Cuningham, 2002).
Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut (Sherwood, 2001).
Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin.Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah (Sherwood, 2001).

4. Mekanisme Miksturisi
Mekanisme proses Miksi ( Mikturisi ) Miksi ( proses berkemih ) ialah proses dimana kandung kencing akan mengosongkan dirinya waktu ia sudah penuh dgn urine. Mikturisi ialah proses pengeluaran urine sebagai gerak refleks yang dapat dikendalikan (dirangsang/dihambat) oleh sistim persarafan dimana gerakannya dilakukan oleh kontraksi otot perut yg menambah tekanan intra abdominalis, dan organ organ lain yang menekan kandung kencing sehigga membantu mengosongkan urine ( Virgiawan, 2008 ).
Pada dasarnya, proses miksi/mikturisi merupakan suatu refleks spinal yg dikendalikan oleh suatu pusat di otak dan korteks cerebri. Proses miksturisi dapat digambarkan dalam skema di bwah ini :
Pertambahan vol urine → tek intra vesicalis ↑ → keregangan dinding vesicalis (m.detrusor) → sinyal-sinyal miksi ke pusat saraf lebih tinggi (pusat kencing) → untuk diteruskan kembali ke saraf saraf spinal → timbul refleks spinal → melalui n. Pelvicus → timbul perasaan tegang pada vesica urinaria shg akibatnya menimbulkan permulaan perasaan ingin berkemih ( Virgiawan, 2008 ).

5. Apa saja komponen-komponen dalam urin?
Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian padaat yang terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun kelektrolitanya, diantaranya adalah :
a. Molekul Organik
Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reativ besar, didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, Dan subtansi lainya seperti hormon.
b. Ion
Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+, Calcium (Ca2+)
c. Dalam Jumlah Kecil
Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates (H2PO4-, HPO42-, PO43-), (Guyton, 1996)

6. Bagaimana kerja hormon pada sistem uropoetika?
A. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel ( Frandson, 2003 )
B. Angiotensin II
Pembentukannya meningkat pada keadaan tertentu yang berhubungan dengan tekanan darah yang rendah dan atau volume cairan ekstraselular yang rendah, seperti yang terjadi selama perdarahan atau kehilangangaram dan air dari cairan tubuh. Peningkatan pembentukan angoitensin II membantu mngembalikan tekanan darah dan dan volume ekstraselular menjadi normal dengan meningkatkan reabsorpsi natrium dan air dari tubulus ginjal (Guyton, 2008).
a. Angiotensin II merangsang sekresi Aldostern yang kemudian meningkatkan reabsorpsi natrium.
b. Angiotensin II mengkonstriksi arteriol efferent, yang memiliki efek terhadap dinamika kapiler peritubulus yang meningkatkan reabsorpsi natrium dan air. (1) konstriksi arteriol efferent mengurangi tekanan hidrostatik kapiler peritubulus, yang meningkatkan reabsorpsi netto tubulus terutama dari tubulus kontortus proksimal. (2) konstriksi arteriol efferent dengan mengurangi aliran darah ginjal, meningkatkan fraksi filtrasi dlam glomerulus dan meningkatkan konsentrasi protein dan tekanan osmotic koloid dalam kapiler peritubulus.
c. Angiotensin II secara langsung merangsang reabsorpsi natrium terutama dalam tubulus proksimal. Salah satu efek langsung dari Angiotensin II adalah merangsang pompa natrium-kalium ATPase pada membrane basolateral sel epitel tubulus. Efek kedua adalah merangsang perubahan natrium-hidrogen dalam membrane luminal terutama dalam tubulus proksimal (Guyton, 1996).
C. Paratiroid
Merupakan salah satu hormone pengatur kalsium yang terpenting dalam tubuh. Kerja utamanya dalam ginjal adalah meningkatkan reabsorpsi tubulus terhadap kalsium, terutama pada segmen tebal lengkung ascendens ansa Henle dan tubulus kontortus distal. Selain itu hormone paratiroid juga berfungsi untuk menghambat reabsorpsi fosfat oleh tubulus kontortus proksimal dan merangsang reabsorpsi magnesium oleh ansa Henle (Guyton, 2008).
D. Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin (Frandson, 2003)
E. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal (Frandson, 2003)
F. Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium (Frandson, 2003)
G. Renin
Adalah suatu enzim protein yang dilepaskan oleh ginjal bila tekanan arteri turun sangat rendah. Kemungkinan, enzim ini meningkatkan tekanan arteri melalui beberapa cara, jadi membantu meboreksi penurunan awal tekanan. Rennin disimpan dalam bentuk inaktif yang disebut prorenin di dalam sel-sel jukstaglomerular (sel JG) di ginjal. Bila tekanan arteri turun, reaksi intrinsic di dalam ginjal itu sendiri menyebabkan banyak molekul prorenin di dalam sel JG terurai dan melepaskan rennin (Guyton, 1996).

7. Apa saja parasit pada sistem uropoetika?
A. Scistosoma mattheei
Pada sapi, dapat ditemukan di dalam saluran darah dari dinding kantung air seni (Levine. 1994).
B. Klossiela equi
Pada kuda, ditemukan di dalam ginjal. Parasit ini tidak bersifat patogen (Levine. 1994).
C. Stephanurus dentatus
Pada babi, disebut juga cacing ginjal. Telur S. Dentatus keluar tubuh bersama air seni dan menetas di tanah. Siklus hidupnya dapat langsung maupun tidak langsung. Babi dapat terinfeksi dengan menelan larva stadium ketiga, yang berselubung, atau larva ini memasuki cacing tanah dan menginfeksi babi yang makan cacing tanah tersebut (Levine. 1994).
D. Nematoda Capilaria plica
Terdapat di dalam kantung air seni dan kadang-kadang di dalam pelvis ginjal anjing, dan kadangkala pada kucing dan berbagai karnivora lain. Stadium infektif berupa larva stadium kedua di dalam telur. Induk semang alami di perkirakan mink (semacam cerpelai) dan karnivora lainnya. Induk semang antar pertama adalah oligoketa brakiobdelida yaitu ektoparasit pada udang, dan induk semang antara keduanya adalah ikan bullhead. Muskart dan diperkirakan juga mamalia lain dapat bertindak sebagai induk semang transpor. Anjing dan hewan lain terinfeksi dengan makan ikan atau jerohannya, atau makan induk semang transpor atau jerohannya.
Patogeneses C. Plica hanya ringan atau sama sekali tidak patogen (Levine. 1994).
E. Cacing pinjal raksasa Dioctophyma renale
Terdapat di dalam ginjal dan kadang-kadang pada organ lain pada anjing, dan sekali-sekali pada kucing dan banyak mamalia lain. D. Renale rupa-rupanya migrasi langsung dari usus melalui rongga tubuh ke ginjal, Ia dapat menempati satu ginjal penuh, hanya tinggal selaputnya. Darah dan nanah dikeluarkan bersama air seni pada periode perkembangan cacing, tetapi ginjal yang terkena mengalami hipertrofi kompensatorik dan hewaan yang terkena tetap sehat kecuali apabila kedua ginjal terkena (Levine. 1994).

III. Daftar Pustaka
Anonim. 2008.Homeostasis. Diakses dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Homeostasis. Diakses 6 juli 2011
Cunningham.J.G, 2002. Teksbook of Veterinary Physilogy. WB Saunders: Philadelpia
Frandson R.D. 2003. Anatomy and Physiology of Farm Animals 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia
Guyton.A.C, 1996.Teksbook of Medical Physiology, Elsevier saunders: Philadelpia
Ganong. W.F., editor Widjajakusumah D.H.M., 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran., edisi Bahasa Indonesia. EGC: Jakarta
Levine. D Norman. 1994. Parasitologi Veteriner. Gadjah mada University Press: Yogyakarta
Sherwood, Lauree. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC: Jakarta
Taslim,arnaldi. 2009. Kesehatan Ginjal. http://www.sekbertal.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1901. Diakses 6 juli 2011
Virgiawan, Daril, S.Sc. Mekanisme Dasar Ginjal. http://www.darryltanod.blogspot.com/2008/04/mekanisme-proses-dasar-ginjal-darryl.html. Diakses 6 juli 2011

0 komentar:

Posting Komentar

 
© 2009 Diary Veteriner | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan