Ospek-ospek

Masa kecilku terekam indah di kota ini, setelah bertahun-tahun aku berkesempatan hidup lagi untuk yang kedua kalinya disini. Besok saya harus mengikuti suatu ritual wajib bagi maba, yaitu "ospek". Karena tidak kos akhirnya terpaksa tinggal di rumah kosong yang ada di bantul, alhamdulillah sekarang rumah itu itu ada penunggunya. Hanya aku yang tinggal disitu, kadang-kadang aku merasa sendirian di kota orang. Malangnya nasibmu nak

Pagi-pagi sebelum sang fajar menampakkan diri aku sudah berangkat ke kampus. Aku harus datang tepat jam 6 untuk mengikuti ospek, jadi setelah sahur atau dalam keadaan setengah sadar aku langsung mandi dan bersiap-siap. Setelah siap, saya langsung menduduki istri kesayanganku (Baca: sepeda motor). Sebenarnya aku belum bisa naik motor, belajar naik motor pun baru saja makanya cari sim pun nembak atau bahasa halusnya “enggak pake tes”. Alhamdulilah setengah jam kemudian aku sampai di bunderan ugm, dengan selamat dan tanpa kurang suatu apapun. Karena maba-maba tidak diperbolehkan membawa motor di area kampus aku harus memakirkan motorku di panti rapih, lalu berjalan kaki menuju ke fakultas.

Ketika sampai di fakultas aku langsung disambut oleh kakak angkatan dengan sepasang tanduk di atas kepalanya. Siap mengerjai (baca:menyiksa) kami di bulan puasa ini. Pagi-pagi kami disuruh menyanyi, g’ sesuai umurku banget kan. Setelah itu upacara dan kegiatan melebaikan lainnya. Padahal ketika SMA saya tidak pernah ikut upacara, karena saya mengikuti PKS (Patroli Keamanan Sekolah). Enaknya....ketika yang lain berdiri panas-panas saya bisa jalan2, duduk2, dan yang paling parah tidur di masjid hehehe. Ketika ospek aku mulai berkenalan orang-orang dari berbagai daerah dengan kepribadian yang berbeda-beda, intinya harus dapat beradaptasi. Kami pulang ospek ketika menjelang maghrib. Payahnya saya masih harus jalan kaki mengambil motor di panti rapih, kira-kira dari fakultas 2 km jaraknya, belum buka puasa, belum ngerjakan tugas ospek. Ya Allah, paringono sabar. Dan ketika adzan isya’ terdengar saya baru sampai di rumah. Untung saya selalu ingat kata-kata ayahku yang selalu membuatku bersemangat, yaitu “Penderitaan justru membuat kita terus maju”.
Teman-teman seperjuangan kelompok "Nutrisi" ketika Ospek
Ketika ospek telah usai, entah kenapa justru saya rindu suasana ospek. Dari situlah saya mulai belajar menghargai suatu proses. Nah untuk adik-adik nikmatilah masa sma mu, nikmatilah saat-saaat ospek betapa pun beratnya. Suatu saat, pasti ingin kamu rasanya mengulang masa itu kembali. Ok ok ^_^

0 komentar:

Posting Komentar

 
© 2009 Diary Veteriner | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan